"Sehingga terjadi pergeseran dari wilayah Ujung Kulon bergeser ke sebelah timur lalu singgah di Pangandaran. Di Batu Kalde," katanya.
Selanjutnya, bergeser lagi ke timur sampai di tanah Jawa bagian tengah. Ajaran agama Hindu lebih berkembang di sana.
"Jadi kebudayaan itu bisa berkembang jika ada pendukungnya. Jika penduduknya tidak ada maka tidak bisa berkembang," katanya.
Lebih lanjut Prof Agus menerangkan, pada perkembangan selanjutnya sekira abad ke-8, ke-9 dan ke-10, di Selat Malaka sudah mulai dikenal dan dilalui oleh jalur pelayaran. Sehingga terjadilah pelayaran melalui Selat Malaka di abad ke-8 sampai abad ke-10.
"Temuan ODCB di TNUK perlu diselamatkan dengan dipindahkan dari TNUK ke Museum Pemerintah Daerah setempat," katanya.
Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII Kemendikbudristek Lita Rahmiati menuturkan, setelah terdeteksi maka agenda selanjutnya menyelamatkan dengan memindahkan dari Ujung Kulon dan di simpan di museum kabupaten atau museum provinsi.
"Dan perlu dilakukan kajian lanjutan guna lebih menguak tentang tinggalan tersebut. Dengan uji lab dan lainnya," katanya.
Lita mengungkapkan, tentunya yang perlu dilakukan tidak hanya penyelamatan ODCB saja tetapi juga melakukan penelitian lanjutan agar lebih menguak tentang tinggalan tersebut.
"Untuk mengungkap peninggalan awal pengaruh India di tanah Jawa. Karena temuan ini menunjukkan awal pergerakan pengaruh budaya India di wilayah Ujung Kulon abad ke-7 Masehi," katanya.
Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon Ardi Andono, menyambut baik tim BPK Wilayah VIII telah melakukan observasi hasil temuan arca di TNUK.
"Sehingga terkuak benda-benda ODCB yang penting untuk menguak sejarah di Taman Nasional Ujung Kulon. Ini suatu tabir yang baru terbuka di Ujung Kulon," katanya.
Sebelumnya Pamong Budaya Ahli Muda Kemendikbudristek Swedhi Hananta mengatakan, ia telah melakukan observasi temuan Arca di Gunung Payung TNUK kurang lebih selama 10 hari.
"Situs Arca yang ditemukan di Blok Gunung Payung terdiri dari empat (4) Arca Pion dan dua (2) Arca Kepala," katanya.
Temuan situs arca di Gunung Payung masih perlu dilakukan penelitian lebih dalam.
"Masih harus diperdalam keterkaitan dengan situs yang lainnya. Karena jika dilihat dari motif, jenis batuan dan pahatan berbeda dengan situs-situs lain yang pernah dijumpai," katanya.