Disway Award

Dari Viral hingga Bermakna: 7 Sikap Gen Z yang Perlu Diubah

Dari Viral hingga Bermakna: 7 Sikap Gen Z yang Perlu Diubah

Ilustrasi Gen z-Pinterest/Envanto-

INFORADAR.ID- Generasi Z anak-anak muda yang lahir sekitar pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an sering digambarkan sebagai generasi paling adaptif terhadap teknologi.

Mereka tumbuh dengan internet di genggaman, akrab dengan media sosial, dan mahir dalam berbagai platform digital.

Namun di balik keunggulan itu, banyak pengamat sosial dan bahkan anggota Gen Z sendiri mulai menyadari satu hal: mereka hidup dalam tekanan yang luar biasa.

Tantangan yang mereka hadapi tidak hanya berat, tapi juga kompleks, menjadikan mereka generasi yang disebut-sebut "berisiko gagal" jika tidak mendapat dukungan yang tepat.

BACA JUGA:Ketika Bendera One Piece Berkibar: Ekspresi atau Pemberontakan?

BACA JUGA:Bendera One Piece Diburu Anak Muda, Pedagang Heran Menjelang 17 Agustus

Salah satu krisis terbesar yang menghantui Gen Z adalah masalah kesehatan mental.



Hidup di era yang serba cepat dan penuh ekspektasi membuat banyak dari mereka merasa cemas, lelah secara emosional, bahkan kehilangan arah.

Media sosial, yang seharusnya jadi tempat hiburan dan koneksi, justru jadi ladang perbandingan yang tanpa henti.

Setiap hari mereka melihat pencapaian orang lain, standar kecantikan atau kesuksesan yang tinggi, dan tekanan untuk "selalu tampil baik" semua itu menekan kesehatan mental mereka secara perlahan tapi konsisten.

BACA JUGA:Ramai Dipasang Jelang HUT ke-80 RI, Ini Makna Simbol Bendera One Piece

BACA JUGA:Pasca Tsunami di Jepang, Manga ‘Watashi ga Mita Mirai’ Kembali Jadi Sorotan

Tak hanya soal mental, Gen Z juga menghadapi tantangan ekonomi yang tidak ringan. Harga properti yang melambung tinggi, biaya pendidikan yang mahal, dan ketatnya persaingan kerja membuat banyak dari mereka merasa sulit untuk memulai hidup dewasa.

Bahkan, sebagian merasa bahwa sistem yang diwariskan generasi sebelumnya sudah tidak lagi relevan dengan realita hari ini. Mereka dituntut mandiri, tapi tidak diberi cukup akses atau kesempatan.

Sayangnya, di tengah berbagai kesulitan itu, beberapa sikap yang tanpa disadari sering muncul dari generasi ini justru mengikis rasa hormat orang lain.

Ada kebiasaan-kebiasaan kecil yang jika terus dilakukan, membuat orang di sekitar merasa enggan untuk menghargai mereka bukan karena usia, tapi karena sikap.

Pertama, sering kali Gen Z dianggap tidak menghargai waktu orang lain. Misalnya datang terlambat tanpa merasa bersalah atau membatalkan janji secara mendadak tanpa penjelasan yang masuk akal.

Hal ini memberi kesan bahwa mereka tidak bertanggung jawab dan tidak profesional.

Kedua, terlalu defensif saat diberi masukan. Banyak orang merasa sulit berbicara jujur kepada Gen Z karena takut dianggap menyerang.

Padahal, kritik yang membangun adalah bagian penting dalam proses berkembang. Jika terus menolak masukan, seseorang akan stagnan dan kehilangan kepercayaan dari rekan kerja atau orang di sekitarnya.

Ketiga, terlalu fokus pada validasi eksternal. Ketergantungan terhadap likes, views, dan komentar di media sosial membuat banyak Gen Z terlihat lebih peduli pada citra dibanding substansi. Hal ini membuat mereka dianggap dangkal dan tidak otentik.

Keempat, menggunakan kata-kata kasar atau tidak sopan sebagai bentuk ekspresi kebebasan.

Memang benar bahwa setiap orang berhak menyuarakan opininya, tapi jika tidak disampaikan dengan bijak, ekspresi bisa berubah jadi agresi yang membuat orang lain menjauh.

Kelima, minim rasa empati. Di tengah kecepatan informasi, terkadang Gen Z terlalu fokus pada diri sendiri hingga lupa mendengarkan cerita dan kesulitan orang lain.

Sikap ini membuat mereka terlihat individualistis dan tidak peka sosial.

Keenam, tidak menjaga komitmen. Entah itu komitmen kerja, janji dengan teman, atau tanggung jawab di komunitas, sering kali dianggap remeh.

Padahal, rasa hormat dibangun dari konsistensi dalam menepati komitmen kecil.

Dan ketujuh, enggan belajar dari generasi sebelumnya. Meski banyak hal yang sudah berubah, bukan berarti semua hal lama tidak relevan.

Mengabaikan pengalaman orang yang lebih dulu hidup hanya membuat kita kehilangan sudut pandang penting dalam memahami kehidupan.

Akhirnya, generasi ini memang punya potensi luar biasa. Tapi tanpa refleksi dan kesadaran diri, potensi itu bisa dengan mudah terhalang oleh sikap-sikap yang tidak disadari merusak citra dan kepercayaan orang lain.

Gen Z bukan generasi yang ditakdirkan gagal tapi mereka perlu belajar untuk menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab, dan kecepatan dengan kesabaran.

Karena di dunia nyata, rasa hormat tidak datang dari seberapa viral kamu, tapi dari bagaimana kamu bersikap setiap hari.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: