Beli Barang Kw Malah Bikin Dompet Makin Boncos? Ini Alasannya!
Ilustrasi shopping-Pinterest/isis-
INFORADAR.ID- Fenomena pembelian barang tiruan atau yang lebih dikenal dengan sebutan barang "KW" semakin marak di berbagai lapisan masyarakat Indonesia.
Praktik ini terutama populer di kalangan anak muda dan pekerja pemula yang ingin tampil stylish dengan anggaran terbatas.
Namun, ironisnya, bukannya menghemat pengeluaran, kebiasaan ini justru berpotensi menjadi bumerang finansial yang serius.
Mengapa Barang KW Justru Menjadi Beban Finansial?
BACA JUGA:Silent Date: 7 Cara Menjalani Kencan Diam yang Menenangkan Hati dan Pikiran
BACA JUGA:7 Tips dan Trik Belajar Efektif untuk Siswa dan Mahasiswa
Barang-barang KW menawarkan ilusi hemat dalam jangka pendek dengan harga yang bisa mencapai 70-90% lebih murah dibandingkan produk aslinya.
Namun, laporan dari berbagai pengguna menunjukkan bahwa produk-produk ini memiliki tingkat kerusakan yang jauh lebih tinggi.
1. Kualitas Bahan yang Rendah
Barang KW umumnya dibuat dari bahan sintetis berkualitas rendah yang tidak tahan lama. Kulit imitasi yang digunakan pada tas atau sepatu mudah mengelupas setelah beberapa bulan pemakaian.
BACA JUGA:Tips dan Trik Excel yang Wajib Diketahui untuk Kerja Kantoran
BACA JUGA:Tiga Jurus Prabowo Atasi Kemiskinan: Sekolah Rakyat, Layanan Kesehatan Pelajar, dan Koperasi Desa
Resleting dan aksesoris logam juga seringkali cepat berkarat atau patah, membuat produk menjadi tidak layak pakai dalam waktu singkat.
2. Pengeluaran Berulang yang Tak Terduga
Karena cepat rusak, pengguna barang KW seringkali terpaksa membeli pengganti hanya dalam hitungan bulan.
Contohnya, seorang pengguna tas KW seharga Rp500.000 mungkin harus menggantinya setiap 4-6 bulan, sehingga dalam dua tahun saja sudah menghabiskan Rp2-3 juta—sementara tas asli dengan harga Rp8 juta bisa bertahan hingga 5 tahun atau lebih.
3. Nilai Jual Kembali yang Nol
Berbeda dengan barang branded asli yang masih memiliki nilai jual kembali (resale value) tinggi, produk KW praktis tidak memiliki nilai sama sekali setelah pemakaian.
Ini berarti setiap rupiah yang dikeluarkan untuk barang KW benar-benar hilang tanpa ada peluang pengembalian.
Dampak Psikologis dan Sosial
Selain kerugian finansial, penggunaan barang KW juga bisa berdampak pada citra diri pemakainya.
Dalam lingkungan sosial yang semakin sadar akan kualitas dan keaslian produk, menggunakan barang KW secara terus-menerus dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri atau bahkan malu apabila ketahuan.
Daripada terjebak dalam siklus pembelian barang KW yang tidak menguntungkan, ada beberapa strategi yang bisa dipertimbangkan:
1. Menabung untuk Produk Original
Dengan menabung secara disiplin, konsumen bisa mengumpulkan dana untuk membeli produk asli yang lebih tahan lama.
Beberapa brand bahkan menawarkan skema cicilan tanpa bunga yang memudahkan konsumen dengan anggaran terbatas.
2. Membeli Barang Bekas Berkualitas (Pre-Loved)
Pasar barang bekas (pre-loved) saat ini semakin berkembang dengan banyak platform tepercaya yang menjual produk branded dalam kondisi baik dengan harga jauh lebih terjangkau.
3. Mendukung Brand Lokal
Banyak brand lokal yang menawarkan produk dengan kualitas tinggi namun harga lebih terjangkau dibandingkan merek internasional.
Dengan membeli produk lokal, konsumen juga turut mendukung perekonomian dalam negeri.
Data menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, kebiasaan membeli barang KW justru membuat pengeluaran meningkat drastis tanpa memberikan kepuasan atau manfaat yang sebanding.
Ketimbang terjebak dalam siklus penggantian yang tiada akhir, lebih baik berinvestasi pada produk-produk berkualitas yang lebih awet dan bernilai.
Membeli barang KW itu seperti menggali lubang keuangan sendir semakin dalam, semakin sulit keluar.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
