Sempat Dijual Murah, Kopi Gunung Karang Si Mutiara Hitam Pandeglang Kini Merambah Pasar Nasional

Sempat Dijual Murah, Kopi Gunung Karang Si Mutiara Hitam Pandeglang Kini Merambah Pasar Nasional

Petani kopi Lawang Taji-Moch Madani Prasetia-

iNFORADAR.ID – Gunung Karang memiliki potensi yang melimpah, si mutiara hitam pekat  biji kopi yang unggul di dataran tinggi, terletak di Kampung Sanim, Kelurahan Juhut, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang.

Salah satu petani kopi, Kang Maman, mengatakan bahwa dulunya kopi dipandang tak memiliki nilai tinggi dan belum terkenal seperti sekarang.

"Saya sudah sejak tahun 2018 mulai melirik potensi kopi di Kampung Sanim yang melimpah. Namun, kalau melihat harga nasional, ada ketimpangan harga yang cukup jauh," ungkapnya, 17 Jumat Mei 2024.

"Kalau dulu harganya biasa saja murah karena memang kopi nya jelek pada waktu itu," sambungnya.

Ia menceritakan, dengan tekad yang tinggi dan potensi kopi varietas unggul, Kang Maman berhasil memasarkan kopinya dengan harga yang tinggi berkat kualitas yang baik.

BACA JUGA:Disparbud Pandeglang Sebut Agrowisata Kopi Lawang Taji Perlu Angkat Aspek Story Kopi

"Alhamdulillah, sekarang harga kopi lumayan baik. Perjalanan dari 2018 sampai 2024 bukan waktu yang sebentar," katanya.

Dikatakannya, produksi kopi di Kampung Sanim, khususnya kopi Lawang Taji, bisa mencapai 2 ton per tahun jika dikumpulkan.

"Panen kopi setahun sekali bisa mencapai 2 ton dengan luas lahan 2 hektare. Saat ini belum banyak petani kopi, hanya petani yang memiliki pohon kopi," katanya.

Pemasaran kopi kini telah merambah berbagai daerah di Jabodetabek, dengan menjualnya dalam bentuk green bean yang berhasil menembus pasar nasional.

"Kalau kopi yang dipasarkan, jenis kopi petik merah robusta yang punya kualitas baik, kualitas menengah. Alhamdulillah, saat ini kopi sudah mulai diterima," ujarnya.

BACA JUGA:7 Manfaat Minum Kopi Bagi Kesehatan Tubuh: Bisa Mencegah Kanker? Yuk Simak Info Lengkapnya di Sini

Menurutnya, Gunung Karang Lawang Taji, salah satu kopi unggulan yang paling mahal adalah jenis Arabika. Menurutnya, kopi ini harus terus dirawat agar kualitasnya tetap terjaga.

Ia berharap pemerintah ke depannya bisa lebih fokus pada pengembangan budidaya kopi dan pendampingan kepada petani kopi, sehingga mereka bisa berkembang secara mandiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: