Sisi Gelap Tiktok: Mengapa Buruk bagi Kesehatan Mental, Masyarakat, dan Remaja
Ilustrasi sisi gelap TikTok.-Sebastiaan Stam-pexels.com
INFORADAR.ID - Tentu Anda msih ingat dengan kejadian beberapa waktu lalu di Indonesia, seorang wanita menjadi depresi dan gangguan jiwa akibat kecanduan live streaming TikTok. Apakah Anda pernah berfikir mengapa hal demikian bisa terjadi? Itu adalah salah satu sisi gelap TikTok yang perlu Anda bayangkan.
TikTok kini menjadi salah satu platform media sosial terpopuler di dunia dengan lebih dari 1,10 miliar pengguna.
TikTok menawarkan platform untuk kreativitas dan ekspresi diri, tetapi telah dikritik secara luas karena dampak negatifnya terhadap kesehatan mental, masyarakat, dan terutama remaja.
Di artikel ini, INFORADAR mencoba mengeksplorasi mengapa TikTok berdampak buruk bagi kesehatan mental, masyarakat, dan anak usia 10 tahun Anda.
BACA JUGA:7 Aplikasi Penambah Follower TikTok Paling Bagus
TikTok dikenal membuat ketagihan dengan pengguliran tanpa akhir dan video pendek yang membuat pengguna ketagihan selama berjam-jam.
Tapi kecanduan ini harus dibayar mahal. Algoritme Tiktok dirancang untuk menampilkan konten yang dapat menarik pengguna.
Laman psychiatrictimes menyebutkan ini dapat menyebabkan loop umpan balik terbentuk, menyebabkan pengguna terus-menerus terpapar konten negatif atau berbahaya, yang dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya.
TikTok juga dikritik karena mempromosikan tren dan perilaku budaya yang merugikan. Contohnya adalah kecenderungan pengguna untuk "mempermalukan tubuh", yaitu mengolok-olok penampilan seseorang.
BACA JUGA:6 Cara Mencairkan Koin TikTok Serta Syarat dan Ketentuannya
Hal ini menyebabkan peningkatan gangguan makan dan dismorfia tubuh di kalangan anak muda.
Berbagai komputer memperingatkan bahwa hal terakhir yang harus Anda lakukan jika Anda sudah depresi adalah menggunakan TikTok.
Menurut sebuah studi baru, konten media sosial dan algoritmanya sendiri dapat memperburuk kondisi mental orang yang sudah mengalami kesulitan saat bertemu dengan pengguna TikTok.
Para peneliti di University of Minnesota menemukan bahwa orang lebih cenderung menggunakan media sosial karena memberi mereka rasa penemuan diri dan rasa menggunakan media sosial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: