Terbesar pada Masanya, Pabrik Minyak Kelapa di Rangkasbitung Ini Kini Tinggal Nama

Terbesar pada Masanya, Pabrik Minyak Kelapa di Rangkasbitung Ini Kini Tinggal Nama

Pabrik Minyak Mix Oil PT. Semarang Rangkasbitung -Nurandi-

INFORADAR- Siapa sangka jika di pusat Kota Rangkasbitung, Banten, pernah terdapat sebuah pabrik terbesar di Asia Tenggara. Adalah pada sekitar 1920-1940 berdiri sebuah pabrik minyak kelapa milik perusahaan Belanda di kawasan tersebut.

Gedung Bekas pabrik itu kini dapat terlihat dengan jelas oleh pengunjung sebuah pusat perbelanjaan ternama di Kota Rangkasbitung, yaitu Rangkasbitung Indah Plaza atau biasa disebut Rabinza.

Usut punya usut, pabrik tersebut pada mulanya adalah merupakan cabang dari perusahaan Bepanda bernama N.V. Maatschappij tot Exploitatie van Olie-fabriek. 

Namun seiring perkembangan zaman, perusahaan pabrik minyak kelapa atau saat iyu disebut Mex Olie ini pindah kepemilikan dan berganti nama menjadi PT. Semarang Rangkasbitung yang saat ini dikenal. 

Bekas gedung pabrik itu kini terbengkalai, menjadi seharusnya menjadi bangunan cagar budaya mengingat dibangun pada era pemerintah kolonial Belanda.

Pabrik minyak kelapa itu disebutkan pernah mencapai masa kejayaannya, bahkan mempunyai gudang tersendiri di area Stasiun Kereta Api Rangkasbitung. Pada masa jayanya itu lokomotif pengangkut minyak bisa masuk untuk mengambil minyak ke dalam area pabrik tersebut.

Saking besarnya, kapasitas produksi pabrik ini  disebutkan dapat untuk memasok kebutuhan minyak kelapa di Batavia atau yang kemudian menjadi wilayah Jakarta Raya.

BACA JUGA:Water Toren te Pandeglang, Saksi Bisu Perkembangan Kota 

Di masa kejayaannya itu, pabrik tersebut juga dilengkapi dengan kantor dan rumah dinas para pegawainya. Namun saat ini yang tersisa dari kebesaran pabrik tersebut hanya beberapa bangunan tua yang tidak terawat.

Kondisi bangunannya saat ini hanya tersisa tembok dan beberapa rumah yang saat ini masih ditempati oleh keturunan pemilik pabrik. Tampak terdapat dua rumah yang ada pada area pabrik minyak itu, namun hanya satu rumah yang masih ditinggali.

Merosotnya kejayaan pabrik itu terjadi setelah pada tahun 2004 sekira waktu subuh, gedung pabrik ini terbakar, yang mengakibatkan bangunan rusak hingga terbengkalai saat ini.

Kini sebagian area bekas gedung itu telah berubah menjadi kawasan pertokoan Rabinza. Bangunan aslinya sendiri yang saat ini masih tersisa dijadikan gudang dan mushola kecil yang saat ini masih digunakan.

Pada tahun 2019 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak berencana akan melakukan revitalisasi pada kawasan gedung pabrik minyak kelapa itu.Namun rencana tersebut gagal karena status kepemilikan lahan pabrik itu merupakan milik pribadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: