Rawan Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG Bangun Markas di NTT

Rawan Gempa Bumi dan Tsunami, BMKG Bangun Markas di NTT

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meresmikan Fasilitas Pelayanan Terpadu BMKG Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Operasional Radar Cuaca Kupang.-Humas BMKG-BMKG

KUPANG, INFORADAR.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) membangun sebuah Gedung Markas pelayanan terpadu BMKG di atas lahan seluas 8.670 meter persegi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain menjadi tempat pelayanan terpadu, markas BMKG juga menjadi tempat operasional radar cuaca Kupang.

Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, gedung markas pelayanan terpadu BMKG dibangun untuk memperkuat sistem peringatan dini meteorologi, klimatologi, dan geofisika.

"Untuk menguatkan mitigasi multi bencana geo-hidrometeoroligi. Yang bertujuan mencegah terjadinya korban jiwa," katanya usai meresmikan Gedung Markas Pelayanan Terpadu BMKG Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Operasional Radar Cuaca Kupang, yang dikutip INFORADAR.ID, dari website resmi BMKG, Minggu, 5 Februari 2023.

Dwikorita menjelaskan, markas pelayanan terpadu ini juga disiapkan untuk kegiatan layanan di berbagai sektor pembangunan demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sektor tersebut meliputi sektor transportasi, infrastruktur, pertanian dan perikanan.

"Lalu sumber daya energi, energi, lingkungan hidup, kesehatan, pariwisata industri, perdagangan, perindustrian, dan sebagainya. InsyaAllah, keberadaan fasilitas pelayanan terpadu BMKG ini dapat semakin memperkuat sistem peringatan dini multi bencana di wilayah timur Indonesia," katanya.

Keberadaan markas BMKG juga akan memudahkan masyarakat yang ingin mendapatkan layanan data dan informasi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Wilayah NTT merupakan daerah rawan gempa bumi dan tsunami karena diapit beberapa sumber pembangkit gempa aktif. 

"Di NTT bagian utara terdapat Sumber Gempa Sesar Naik Flores (Flores Thrust), Sesar Naik Sawu (Sawu Thrust) dan Sesar Semau (Semau Thrust). Kemudian di bagian selatan terdapat sumber gempa pada bidang kontak Zona Megathrust yang memiliki kekuatan maksimum mencapai M8,5, serta Jalur Sesar Naik dan Lipatan Timor (Timor Fold and Thrust Belt-FTB)," katanya.

Dalam catatan sejarah, bencana gempa bumi dan tsunami sering melanda wilayah NTT. Waktu kejadiannya berlangsung pada tahun 1855, 1891, 1896, 1908, 1919, 1977, 1979, 1982, 1991, 1992 dan tahun 2004.

"Selain bencana gempa bumi dan tsunami. Wilayah NTT juga rawan bencana hidrometeorologi," katanya.

Bencana hidrometeorologi meliputi, banjir, tanah longsor, curah hujan ekstrm, dan angin puting beliung. Bencana tersebut hampir rutin terjadi setiap tahunnya.

"Bencana paling besar pada saat kejadian Siklon Tropis Seroja pada 5 April 2021 lalu. Mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia dan mencatatkan kerusakan infrastruktur yang cukup masif," katanya.

Siklon tropis yang terbentuk di sekitar perairan sebelah utara maupun sebelah barat Australia seringkali mengakibatkan terbentuknya daerah pertemuan angin di sekitar Jawa atau Laut Jawa, NTB, NTT, Laut Banda, Laut Timor, hingga Laut Arafuru. Pertemuan angin inilah yang mengakibatkan terbentuknya lebih banyak awan-awan konvektif penyebab hujan lebat di daerah tersebut.

 "Maka dari itu, BMKG mempercepat proses pembangunan fasilitas terpadu BMKG di NTT beserta sistem dan infrastrukturnya. Agar dapat meminimalisir risiko multi bencana geo-hidrometeorologi melalui kecepatan, ketepatan, dan keakuratan informasi peringatan dini cuaca, iklim, dan tsunami," katanya. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: