Masjid Ar-Rohim, Pusat Pertahanan dan Saksi Penyebaran Islam di Lebak
--
LEBAK, INFORADAR.ID - Masjid Ar-Rohim di Kampung Susukan, Desa Bungurmekar, Kecamatan Sajira, merupakan masjid tertua di Kabupaten Lebak.
Dibangun pada 1579 masehi, masjid tersebut dijadikan pusat pertahanan pasukan Kesultanan Banten dan saksi penyebaran Islam di Bumi Multatuli.
Masjid Ar-Rohim atau masjid Susukan dibangun Kesultanan Banten di tepi Sungai Ciberang. Sejak dibangun pada 1579 masehi, masjid berukuran 14 x 14 meter itu sudah lima kali mengalami pemugaran dan sekali terendam banjir bandang pada 1 Januari 2020.
Terjangan banjir bandang tidak merusak konstruksi masjid dengan cat berwarna putih tersebut. Namun, beberapa sarana pendukung hanyut terbawa arus.
Untuk menjangkau masjid Ar-Rohim, dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dari kota Rangkasbitung, yakni dengan melalui Jalan Rangkasbitung – Cipanas.
Dari jalan raya tersebut, kendaraan diarahkan untuk melalui jalan desa Bungurmekar dan melintasi jembatan gantung. Karena pada awal 2020, jembatan di atas sungai Ciberang tersebut hanyut diterjang banjir bandang.
Dari jembatan, hanya butuh waktu kurang dari tiga menit untuk sampai ke masjid Ar-Rohim. Lokasinya yang strategis, membuat bangunan dua lantai tersebut sudah terlihat dari jarak lebih dari 100 meter.
Tokoh agama Kampung Susukan KH Munir mengatakan, jejak sejarah tentang pendirian masjid sudah hilang. Bahkan, masyarakat pun banyak yang tidak tahu mengenai sejarah berdirinya masjid tertua di Lebak ini.
Apalagi, di lokasi tidak ada arsip yang bisa mengungkap bagaimana masjid tersebut didirikan.
Namun, Munir mengakui bahwa masjid tersebut merupakan peninggalan sejarah Kesultanan Banten. Karena, dari cerita turun temurun yang diterimanya, masjid tersebut didirikan dalam semalam dan bentuknya sangat sederhana, yakni dari kayu dan atap rumbia.
Bahkan, hanya dibuat empat tiang untuk menopang atap rumbia pada bangunan awal tempat ibadah itu. Sampai sekarang, empat tiang itu masih dipertahankan. Walaupun, empat tiang di dalam masjid Ar-Rohim bukan dari kayu, tapi tiang beton untuk menopang bangunan masjid.
Dijelaskannya, di bawah empat tiang beton tersebut terdapat batu karang yang menjadi pondasi awal pembangunan masjid pada 1579 M.
Batu tersebut sudah tidak tampak, karena itu jejak sejarah dari masjid tertua ini tinggal menyisakan kobakan atau sumur saja. Sumur tersebut biasa dimanfaatkan masyarakat dan tentara Kesultanan Banten untuk berwudhu.
“Jadi, masjid ini tidak hanya digunakan tempat syiar Islam di masanya. Tapi juga untuk benteng pertahanan tentara Kesultanan Banten dari serangan musuh,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: