Optimisme Indonesia Menjadi Pusat Halal Dunia

Optimisme Indonesia Menjadi Pusat Halal Dunia

Wapres KH Ma'ruf Amin membuka Konferensi Halal Internasional.-Wapres-


INFORADAR.ID - Konferensi Halal Internasional (KHI) di Pangkal Pinang, Bangka Belitung pada 14-18 Juni 2022 secara resmi telah  dibuka oleh Wakil Presiden RI KH Maruf Amin.

Pesertanya perwakilan 30 negara, akan hadir baik secara online maupun offline. Sementara dari Indonesia pesertanya berasal dari MUI, lembaga penggiat halal, lembaga pemeriksa halal, kementerian atau lembaga pemerintah terkait dengan halal dan pariwisata halal.

Mereka akan berdiskusi tentang mengembangkan industri halal dan pariwisata halal.

Menjadi tuan rumah KHI, harapan dan optimisme muncul bahwa Indonesia akan menjadi pusat halal dunia. Begitu pula dengan industri dan produk halalnya.

Optimisme itu sepeti disampaikan Wapres Ma'ruf Amin  saat membuka acara. Kata Wapres, sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia,  Indonesia memiliki potensi besar sebagai pasar produk halal. Untuk itu, dalam upaya meningkatkan daya saing produk halal di pasar global, kerja sama internasional bagi para pelaku ekonomi dan keuangan syariah perlu diperkuat.

“Saya mengundang para pelaku ekonomi dan keuangan syariah Indonesia untuk memperkokoh kerja sama yang saling menguntungkan dengan negara-negara sahabat, dalam pengembangan industri halal, pariwisata halal, serta bisnis halal lainnya,” ungkap Wapres saat membuka KHI, Selasa (14/6), dikutip dari laman Wapres.

Wapres memaparkan, Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah Tahun 2021 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menyebutkan, pangsa sektor prioritas dalam mata rantai ekonomi halal terhadap PDB Indonesia meningkat menjadi 25,4 persen, dengan kontribusi tertinggi dari sektor pertanian, diikuti makanan halal, pariwisata ramah muslim, dan fesyen muslim.

Karena itu, momentum itu harus dijaga dan dimanfaatkan, sehingga target Indonesia menjadi pusat industri halal dunia pada tahun 2024 dapat terwujud.

Untuk itu, Wapres menekankan pentingnya penguatan sinergi dan kolaborasi antarlembaga terkait yang menangani ekonomi dan keuangan syariah Indonesia.

Optimisme juga disampaikan Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Sekjen MUI) Buya Amirsyah Tambunan. Kata dia,  ada dua alasan kuat Indonesia bisa menjadi produsen halal dunia.

Pertama, Indonesia memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah. Misalnya, kopi dan kelapa sawit yang bisa dimaksimalkan untuk diolah agar memiliki nilai tambah.

“Maka di sini diperlukan standar. Pertama, standar produk yang harus berkualitas. Kedua, standar ekspor juga harus berkualitas,” kata Buya saat  konfrensi pers hari kedua Kongres Halal Internasional, Rabu (15/6).

Kedua, Buya Amirsyah mengungkapkan, bahwa Indonesia memiliki Sumbar Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi. Sehingga, Indonesia bisa tidak lagi menjadi impor, melainkan bisa mengakselerasikan Indonesia bisa menjadi produsen dan mengekspor produk-prdouk halal.

Buya Amirsyah mengatakan bahwa MUI memiliki Lembaga Sertifikasi Profesi atau LSP yang bisa melatih para SDM.

“Melatih supaya tenaga-tenaga ekspor ini punya nilai tambah untuk saling mempunyai hubungan simbiosis mualisme,” jelasnya.

Menurutnya, hal ini harus diperkuat agar terciptanya keseimbangan antara SDM dan SDA yang dimiliki oleh Indonesia.

Untuk mempercepat proses akserasi, MUI juga mendorong agar Perguruan Tinggi dapat membantu percepatan tersebut.



Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN)  Erick Tohir juga optimistis Indonesia bisa mencapai proyeksi keemasannya di tahun 2045 dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-4 di dunia. Hal itu tentu tidak terlepas dari kontribusi industri halal Indonesia.

Saat menghadiri KHI,  Sebagaimana disampaikan dalam acara Kongres Halal Internasional di Bangka Belitung (15/6/2022), Erick Tohir terus mengawal dan mendukung adanya usaha dan progresivitas yang terus dikembangkan di sektor industri halal.

Namun, populasi umat muslim Indonesia yang menyentuh 86 persen  dengan peningkatan kualitas umat yang diproyeksikan tiga tahun ke depan, serta potensi sektoral industri halal yang besar, menurut Erick Tohir, masih belum dioptimalkan dengan baik.

Faktanya, Indonesia masih kalah dengan negara-negara lain, seperti Amerika, Brazil dan Argentina dalam hal produksi dan ekspor produk halal dalam negerim. “Kita tidak ingin Indonesia hanya menjadi market bagi pasar dunia,” kata Erick dikutip dari MUI

Kondisi itu, menurutnya, harus direfleksikan untuk kepentingan umat, terutama Muslim, sebagai penyumbang populasi umat Islam terbesar di dunia. Populasi umat yang besar harus sejalan dengan peningkatan produksi dan ekspor produk halal.

Pihak BUMN sendiri sudah membangun ekosistem ekonomi syariah dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk menopang layanan keuangan serta program integritas ekonomi umat untuk pemerataan ekonomi.

“Kami sudah arahkan pada sektor riil, wisata, rekreasi, digitalisasi hingga pemberdayaan ekonomi masjid dan pesantren. Hal itu dilakukan untuk menghidupkan potensi ekonomi umat,” ungkap Erick Tohir. *

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: