Hindul-hindul Marjindul
--
Salatiga, menjadi tempat awal bertemunya Tini dengan seorang laki-laki bernama Kusno. Tiba-tiba saja lelaki itu langsung menyalaminya sambil bertanya.
“Rumahmu di mana?”
“Di Salatiga” Jawab Tini.
“Suamimu siapa?” Kusno menanyakan kembali.
“Nama mantan suamiku Suwondo. Aku janda dengan lima orang anak.”
Setelah pertemuan tersebut Kusno terlihat tertarik dengan paras cantik ibu 5 anak itu. Kusno mengirimkan sepucuk surat untuk Tini, kemudian lewat surat-menyurat itulah hati keduanya bertaut.
Tini sudah mengetahui, jika seandainya dia menikah dengan kusno, itu artinya akan menjadi istri ke empat, karena sebelumnya kusno sudah menikah dengan Oetari, Inggit, dan Ibu Fat. Namun yang masih bersama dengan Kusno hanya Ibu Fat.
Setelah mendapat restu dari kedua orang tuanya, Tini bersedia untuk di madu. Namun tetap saja, orang tuanya sedikit ragu dan menanyakan kembali keputusan putrinya tersebut.
“Nduk, di madu itu abot, biarpun oleh raja ataupun presiden” ucap orang tuanya.
“Nggih, Bu. Saya sudah tau resikonya dan siap menghadapi apapun yang akan terjadi” Jawab Tini.
Sebelum hari pernikahan, Tini menemui Kusno untuk membicarakan soal syarat yang diajukan oleh Tini.
“Aku ingin mengajukan syarat sebelum kita menikah” Tini mengawali pembicaraan.
“Syarat apa, Tin. Katakan padaku!” dengan raut penasaran Kusno menanyakan kembali.
“Aku tidak mau Ibu Fat di ceraikan dan tetap menjadi first lady. Karena kami sama-sama wanita, aku tahu bagaimana nanti perasaannya”. Kata Tini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: