Disway Award

Haji Sebagai Peristiwa Komunikasi Multi-Dimensi

Haji Sebagai Peristiwa Komunikasi Multi-Dimensi

Potret Ahmad Sihabudin--

Dalam bahasa Arab, kata "haji" memiliki arti yang berbeda secara bahasa dan secara istilah. Secara bahasa, "haji" berarti "menyengaja" atau "mengunjungi". Secara istilah syariat, "haji" berarti menyengaja mengunjungi Ka'bah di Mekah untuk melakukan ibadah tertentu sesuai dengan rukun dan syarat yang telah ditetapkan. Atau bisa diartikan pula, haji sebagai berziarah ke tempat khusus pada waktu tertentu dengan mengerjakan amal perbuatan khusus dengan niat ibadah.

Ziarah tahunan ke Mekkah dianggap sebagai pertemuan manusia terbesar di dunia. Kewajiban untuk haji ini diterangkan dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 97 sebagai berikut: "Dan kewajiban manusia (kepada Allah) bagi yang sudah mampu melaksanakan ibadah haji, adalah segera dengan segera menunaikannya." 

BACA JUGA:Lonjakan Kasus COVID-19 di Asia Tenggara, Bagaimana Kondisi di Indonesia?

BACA JUGA:Kisah Awal Pertemuan Personel no na, Girl Group Indonesia yang Mendunia

Pergi haji atau ziarah adalah dua hal yang diperintahkan. Bedanya, yang pertama oleh perintah eksternal (wahyu). Sedangkan yang kedua oleh perintah internal (ikatan emosional; cinta), kendati ditekankan oleh perintah eksternal. Seperti hadis Nabi SAW: “Siapa yang telah mendatangi Mekah sebagai haji, tetapi tidak menziarahiku ke Madinah, niscaya aku menjauhi dia kelak pada hari kiamat. Siapa yang mendatangiku sebagai peziarah, maka wajiblah syafaatku untuknya, dan siapa yang wajib syafaatku untuknya, wajiblah surga untuknya.”

Para peziarah itu meneriakkan “Labbaik Allahumma Labbaik” (Ini aku, ya Allah, menjawab panggilan Mu) dengan penuh kekhusyuan, sambil berlinang air mata. Kami sudah rindu sedari dulu membuat perjalanan ini dengan meneriakkan “Labbaik Allahumma Labbaik” kami sudah rindu ya Allah yang maha kuasa untuk berkumpul di padang araffah Mu. 

Di Arafah, para peziarah itu akan menghabiskan hari memohon dan meminta ampunan kepada Allah SWT, pengampunan dalam ritual perjalan haji ini dikenal sebagai Wuquf di padang Arafat. 

Haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib ditunaikan, terutama bagi mereka yang sudah mampu secara lahir maupun batin. Hal ini berarti ketika seorang Muslim sudah mampu secara fisik, ilmu, dan ekonomi untuk melaksanakan ibadah haji, hendaklah untuk menyegerakannya.

Kondisi cuaca panas, dingin, sejuk berangin atau  tidak sejuk, tidak pernah menjadi masalah buat Peziarah yang penting bisa memenuhi panggilanNya, tidak dihiraukan fisik dan stamina peziarah terkuras. Mereka  tetap berseru Allahu Akbar, “Labbaik Allahumma Labbaik” (Ini aku, ya Allah, menjawab panggilan Anda), untuk berkomunikasi langsung dengan sang pencipta, memohon ampunan atas segala hilaf dan dosa selama ini.

Melakukan komunikasi dalam ritual Haji, tentu idaman setiap orang-orang beriman, bersujud, tawaf, berdoa dihadapan Ka’bah langsung kita seolah sangat merasa dekat dengan sang pencipta, semoga kita masih diberikan waktu untuk bersujud di depan Ka’bahNya.#AS270525#.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: