Disway Award

Soroti Judul Film Nasionalisme Merah Putih One for All, Ini Kata Badan Bahasa

Soroti Judul Film Nasionalisme Merah Putih One for All, Ini Kata Badan Bahasa

film Merah Putih One For All-instagram : @cinepolist-

INFORADAR.UD - Film animasi Merah Putih One for All sedang menjadi pusat perhatian publik. 

Sejak cuplikannya dirilis oleh Perfiki TV pada Juni 2025, banyak warganet membicarakan kualitas visual, biaya produksi, hingga pemilihan judul film tersebut. 

Isu ini semakin memanas ketika Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) mengkritik penggunaan bahasa asing dalam judul Merah Putih One for All, padahal film ini mengusung tema nasionalisme. 

Film tersebut dijadwalkan rilis di bioskop pada 14 Agustus 2025, bertepatan dengan momen peringatan kemerdekaan. 

Perbincangan publik pun mengenai film Merah Putih One for All meluas, menyentuh persoalan bahasa, budaya, dan kualitas industri animasi nasional.

BACA JUGA:Gubernur Banten Apresiasi Serang Fair sebagai Penggerak Ekonomi UMKM di HUT ke-18 Kota Serang

BACA JUGA:Sengketa Pulau di Teluk Banten: Pemkab Serang Pastikan Delapan Pulau Resmi Miliknya


Tailer Animasi Merah Putih One for All-CGV Kreasi-YouTube

Kontroversi Judul Merah Putih One for All

Dalam unggahan di akun resmi X (Twitter) pada Senin (11/8), Badan Bahasa menilai penggunaan bahasa asing untuk judul film bertema kebangsaan adalah hal yang bertolak belakang.

 “Menggunakan bahasa asing pada judul film bertema nasionalisme dan kebangsaan, tetapi mengabaikan bahasa sendiri terasa paradoksial,” tulis Badan Bahasa.

Lembaga tersebut menegaskan bahwa bahasa merupakan bagian penting dari jati diri bangsa. Menurut mereka, nasionalisme tidak hanya diwujudkan lewat simbol-simbol seperti bendera merah putih, tetapi juga melalui konsistensi dalam menjaga bahasa Indonesia di ranah publik.

Pendapat tersebut sejalan dengan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 yang mengatur kewajiban penggunaan bahasa Indonesia untuk penamaan gedung, jalan, merek dagang, lembaga, serta organisasi yang dimiliki oleh warga negara atau badan hukum Indonesia.

Tagline promosi yang menyebut film ini sebagai “film animasi anak Indonesia pertama bertemakan kebangsaan” justru memicu pertanyaan baru. Publik mempertanyakan mengapa pesan nasionalisme diangkat, tetapi identitas bahasa justru kurang mendapat tempat.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: