Santet Ganas! 7 Orang Meninggal Dunia secara Mengerikan
Ilustrasi: Boneka ini bisa digunakan sebagai sarana untuk mengirimkan santet ganas.--
Sedangkan, Agisna dijemput oleh Ahmad, bapak kandungnya. Ahmad membawa gadis kecilnya itu ke Tangerang, Banten. Untuk tinggal bersamanya.
Sejak kecil, Agisna harus berpisah dengan Ahmad karena kematian ibu kandungnya. Agisna dirawat oleh Nek Imah, mertua Ahmad.
Nek Ijah dan Ahmad berpikir, dengan pergi dari kampung itu, bisa terhindar dari kematian yang mengerikan. Mati dalam keadaan badan mengering tanpa darah.
Nek Ijah dan Aden memang sempat hidup tenang di rumah baru mereka. Begitu pula dengan Agisna dan Ahmad. Mereka tidak lagi mengalami kejadian-kejadian aneh dan menyeramkan.
Tapi, lima tahun setelah kematian Wini, ancaman kematian yang mengerikan itu kembali datang. Aden yang mengalaminya.
Saudara sepupu Agisna itu sakit. Tanda-tandanya sama seperti Nek Imah, Wini, dan ketiga mantan suaminya sebelum meninggal dunia. Tubuh Aden kurus kering. Wajahnya seperti tengkorak.
Dokter di Sukabumi tidak mampu menemukan penyakit Aden. Dokter justru menemukan kejanggalan. Anak lelaki berusia 12 tahun itu hidup tanpa darah di tubuhnya.
Selama sakit, Aden selalu memegangi boneka kecil mirip pocong. Aden ketakutan dengan boneka ini. Namun, dia tidak mau melepaskannya.
Aden akhirnya meninggal dunia.
Kematian 7 orang dalam 1 keluarga ini terjawab ketika jenazah Aden dimakamkan. Saat proses pemakaman, seorang lelaki berbaju hitam di dekat liang lahat bergumam, “Beak ku aing tujuh (Habis oleh aku tujuh)”.
Agisna mendengarnya. Dia kebetulan berada di samping lelaki itu.
Kematian 7 orang dalam 1 keluarga secara mengerikan itu akibat disantet. Lelaki bernama Ujang yang melakukannya melalui perantara seorang dukun.
Ujang dendam kepada Wini. Karena cintanya kepada Wini tidak kesampaian. (*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
