Disway Award

‎Awalnya Menolak Salim Group, Begini Perjalanan Indomie Kuasai Pasar Mie Instan

‎Awalnya Menolak Salim Group, Begini Perjalanan Indomie Kuasai Pasar Mie Instan

Indomie jadi mie instan nomor 1 di Indonesia dan dunia-YouTube Indomie-

‎INFORADAR.ID - Nama Indomie sudah melekat kuat di benak masyarakat Indonesia sebagai representasi mie instan

‎Bahkan, banyak orang menyebut semua mie instan dengan nama "Indomie", meski mereknya berbeda. Julukan ini tak datang begitu saja, melainkan melalui perjalanan panjang yang dimulai sejak dekade 1970-an.

‎Melakukan ekspansi ke berbagai dunia, dikutip dari berbagai sumber berikut sejarah mie instan Indomie hingga mendunia.

‎Perjalanan sejarah mie instan nomor satu di Indonesia ini dimulai dari tangan Djajadi Djaja yang mendirikan PT Djangkar Djati bersama rekan-rekannya Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma. 

‎Perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi PT Wicaksana Overseas International Tbk yang dikenal sebagai salah satu distributor produk konsumen terbesar di tanah air.

‎Pada April 1970, Djajadi mendirikan anak perusahaan bernama PT Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd yang kemudian memperkenalkan produk baru bernama Indomie ke masyarakat luas pada tahun 1972.

BACA JUGA:Generasi yang Terjebak Zaman: Benarkah Masa Depan Gen Z Sedang dalam Ancaman?

BACA JUGA:3 Lagu Peterpan yang Paling Ikonik Sepanjang Masa, Bikin Rindu Masa Lalu

‎Meski bukan yang pertama, Indomie menjadi mie instan kedua setelah Supermi yang telah lebih dulu hadir.

‎Beberapa sumber menyebutkan bahwa Indomie pertama kali diluncurkan secara resmi pada 9 September 1970 dengan produk perdana Indomie Kuah Rasa Kaldu Ayam, yang langsung disukai karena sesuai dengan selera lokal.

‎Sempat Menolak Tawaran  Kerja Sama Salim Grup

‎Tahun 1982 menjadi titik penting dalam sejarah mie instan di Indonesia, ketika Salim Group memasuki pasar dengan meluncurkan Sarimi. Awalnya, Salim Group sempat menawarkan kerja sama kepada Djajadi, namun ditolak. 

‎Tidak menyerah, Salim Group meningkatkan promosi Sarimi hingga berhasil menguasai sekitar 40% pasar.

‎Melihat kondisi pasar yang berubah, Djajadi akhirnya setuju untuk bekerja sama. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: