3. Menciptakan Persepsi Positif di Mata Pelanggan
Kedua minimarket ini juga berlomba menciptakan kesan positif di benak pembeli.
Setiap gerai berupaya memberikan pengalaman berbelanja yang menyenangkan melalui keramahan staf dan kebersihan toko. Tujuannya sederhana: agar pelanggan merasa puas dan kembali datang di lain waktu.
BACA JUGA:Penyebab Ayah Jerome Polin Meninggal Dunia Terungkap, Sempat Pimpin Khotbah Sebelum Kondisi Menurun
BACA JUGA:7 Rekomendasi Skincare untuk Ibu Menyusui, Solusi Kulit Sehat Tetap Aman
4. Efisiensi Biaya Riset Pasar
Kedekatan lokasi Indomaret dan Alfamart juga berkaitan dengan efisiensi biaya. Ketika salah satu gerai sudah lebih dulu membuka toko di suatu kawasan, pesaingnya dapat memanfaatkan data tidak langsung dari lokasi tersebut.
Artinya, mereka bisa ikut membuka cabang di area yang sudah terbukti potensial tanpa perlu melakukan riset besar-besaran.
Cara ini umum dilakukan dalam bisnis waralaba untuk menghemat biaya awal dan mempercepat ekspansi.
5. Penerapan Strategi Lima Kekuatan Pasar
Baik Indomaret maupun Alfamart menerapkan pendekatan Porter’s Five Forces untuk menjaga daya saing bisnisnya. Analisis ini mencakup lima aspek penting, yaitu:
Persaingan antar perusahaan (Competitive Rivalry): Kompetisi ketat membuat keduanya terus berinovasi agar tak tertinggal.
Kekuatan pembeli (Power of Buyer): Pelanggan bebas membandingkan harga dan memilih tempat yang paling menguntungkan.
Kekuatan pemasok (Power of Supplier): Ketergantungan terhadap pemasok memengaruhi ketersediaan dan harga produk.
Ancaman pendatang baru (Threat of New Entry): Hambatan biaya dan reputasi membuat pemain baru sulit masuk ke pasar yang sama.
Ancaman produk pengganti (Threat of Substitute Product): Kehadiran produk alternatif menuntut kedua merek terus beradaptasi dengan kebutuhan konsumen.