3 Presiden Indonesia dengan Kebijakan Ekonomi Tersukses, Bahkan Jadi Program Paling Efektif di Dunia

Kamis 11-09-2025,16:30 WIB
Reporter : Nuraini Wildayati Kamilah
Editor : Haidaroh

‎Repelita II (1974-1979):

‎Mulai fokus pada produksi pangan & pemerataan pembangunan desa (Bimas, Inmas, swasembada beras).

‎Sebelum krisis Asia dan penurunan Soeharto (1997-1998), Repelita berhasil menarik Indonesia keluar dari status 'negara terbelakang' versi Bank Dunia di awal 1990-an.

‎Tingkat kemiskinan turun dari sebelumnya 60% lebih, menjadi 15% menjelang krisis Asia di 1997.

2 Swasembada Beras (1984)

‎Sebelum tahun 1984, produksi beras dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan nasional. Pemerintah harus impor jutaan ton beras dari luar negeri.

Akar masalahnya:

  • ‎Teknologi pertanian sangat sederhana
  • ‎Petani tidak menggunakan pupuk dan benih unggul
  • ‎Irigasi minim, pengairan tidak teratur
  • ‎Kebutuhan beras melonjak karena pertambahan jumlah penduduk

‎Presiden Soeharto & Menteri Pertanian Soedarsono Hadisaputro kemudian mencanangkan program Swasembada beras, yang bertujuan agar Indonesia tidak perlu impor beras dari luar, dengan meningkatkan produktivitas pertanian lokal.

‎Tahun 1984 pemerintah Soeharto mencetuskan Bimas/Inmas, bimbingan masyarakat dan instruksi massal. Tujuannya untuk meningkatkan keahlian petani dan memodernisasi sistem pertanian yang terlalu tradisional.

‎Saat itu Indonesia:

  • ‎Petani dikasih pupuk dan cara tanam modern yang lebih efisien
  • ‎Bibit padi unggul disubsidi pemerintah supaya murah
  • ‎Kredit pertanian dipermudah
  • ‎Memaksimalkan peran BULOG, agar beras tidak murah bagi petani, dan tidak mahal bagi masyarakat

‎Hasilnya PBB menilai Indonesia berhasil Swasembada beras, impor beras hanya untuk cadangan, Dan Indonesia jadi negara penghasil beras terbesar ke-3 dunia tahun 1984.

3. Penyelamatan Perbankan & Reformasi Ekonomi (Pasca Krisis 1998)

‎Tahun 1997, krisis Asia bikin banyak negara Asia termasuk Indonesia masuk jurang krisis moneter. Tahun 1998, terjadi penggulingan kekuasaan Presiden Soeharto.

Saat itu Indonesia:

  • ‎Nilai tukar Rupiah ke USD dari 2.500 menjadi 16.800 untuk 1 USD
  • ‎Perusahaan dengan utang Dolar kolaps
  • ‎Masyarakat kompak tarik uang dari bank (bank run)
  • ‎Ekonomi macet, harga barang naik, pengangguran naik.

‎Untuk menyelamatkan Indonesia, Presiden B.J. Habibie, Menkeu Bambang Subianto, bekerjasama dengan IMF mencetuskan Paket Penyelamatan Perbankan & Reformasi Ekonomi:

  • ‎Bank bermasalah ditutup
  • ‎Blanket Guarantee (sekarang LPS), menjamin semua tabungan supaya masyarakat simpan uang di bank lagi
  • ‎Bank yang masih bisa diselamatkan diberi modal dalam bentuk obligasi
  • ‎Subsidi BBM dan listrik terpaksa dipotong, supaya defisit anggaran berkurang
  • ‎IMF bantu buka peluang dagang dan investasi lagi

‎Dampaknya kebijakannya

  • ‎Dalam 1,5 tahun kebijakan darurat Habibie berhasil menyelamatkan Indonesia di akhir 1999.
  • ‎Pertumbuhan ekonomi mulai positif, sebelumnya sampai -13% tahunan
  • ‎Inflasi tertekan karena masyarakat mulai menyimpan uang lagi
  • ‎Nilai tukar Rupiah berhasil pulih sampai level Rp7.000an
Kategori :