Repelita II (1974-1979):
Mulai fokus pada produksi pangan & pemerataan pembangunan desa (Bimas, Inmas, swasembada beras).
Sebelum krisis Asia dan penurunan Soeharto (1997-1998), Repelita berhasil menarik Indonesia keluar dari status 'negara terbelakang' versi Bank Dunia di awal 1990-an.
Tingkat kemiskinan turun dari sebelumnya 60% lebih, menjadi 15% menjelang krisis Asia di 1997.
2 Swasembada Beras (1984)
Sebelum tahun 1984, produksi beras dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan nasional. Pemerintah harus impor jutaan ton beras dari luar negeri.
Akar masalahnya:
- Teknologi pertanian sangat sederhana
- Petani tidak menggunakan pupuk dan benih unggul
- Irigasi minim, pengairan tidak teratur
- Kebutuhan beras melonjak karena pertambahan jumlah penduduk
Presiden Soeharto & Menteri Pertanian Soedarsono Hadisaputro kemudian mencanangkan program Swasembada beras, yang bertujuan agar Indonesia tidak perlu impor beras dari luar, dengan meningkatkan produktivitas pertanian lokal.
Tahun 1984 pemerintah Soeharto mencetuskan Bimas/Inmas, bimbingan masyarakat dan instruksi massal. Tujuannya untuk meningkatkan keahlian petani dan memodernisasi sistem pertanian yang terlalu tradisional.
Saat itu Indonesia:
- Petani dikasih pupuk dan cara tanam modern yang lebih efisien
- Bibit padi unggul disubsidi pemerintah supaya murah
- Kredit pertanian dipermudah
- Memaksimalkan peran BULOG, agar beras tidak murah bagi petani, dan tidak mahal bagi masyarakat
Hasilnya PBB menilai Indonesia berhasil Swasembada beras, impor beras hanya untuk cadangan, Dan Indonesia jadi negara penghasil beras terbesar ke-3 dunia tahun 1984.
3. Penyelamatan Perbankan & Reformasi Ekonomi (Pasca Krisis 1998)
Tahun 1997, krisis Asia bikin banyak negara Asia termasuk Indonesia masuk jurang krisis moneter. Tahun 1998, terjadi penggulingan kekuasaan Presiden Soeharto.
Saat itu Indonesia:
- Nilai tukar Rupiah ke USD dari 2.500 menjadi 16.800 untuk 1 USD
- Perusahaan dengan utang Dolar kolaps
- Masyarakat kompak tarik uang dari bank (bank run)
- Ekonomi macet, harga barang naik, pengangguran naik.
Untuk menyelamatkan Indonesia, Presiden B.J. Habibie, Menkeu Bambang Subianto, bekerjasama dengan IMF mencetuskan Paket Penyelamatan Perbankan & Reformasi Ekonomi:
- Bank bermasalah ditutup
- Blanket Guarantee (sekarang LPS), menjamin semua tabungan supaya masyarakat simpan uang di bank lagi
- Bank yang masih bisa diselamatkan diberi modal dalam bentuk obligasi
- Subsidi BBM dan listrik terpaksa dipotong, supaya defisit anggaran berkurang
- IMF bantu buka peluang dagang dan investasi lagi
Dampaknya kebijakannya
- Dalam 1,5 tahun kebijakan darurat Habibie berhasil menyelamatkan Indonesia di akhir 1999.
- Pertumbuhan ekonomi mulai positif, sebelumnya sampai -13% tahunan
- Inflasi tertekan karena masyarakat mulai menyimpan uang lagi
- Nilai tukar Rupiah berhasil pulih sampai level Rp7.000an