INFORADAR.ID – Tata kota kawasan pusat kota Pandeglang memiliki sejarah yang erat dengan era Hindia Belanda. Hal itu memperlihatkan peran penting pejabat pribumi, terutama bupati yang berasal dari keturunan sultan.
Bupati-bupati ini dipekerjakan oleh pemerintah kolonial dan menerima gaji sebagai pegawai Negeri.
Dalam proses mendirikan sebuah kota, seperti Pandeglang, dilihat dari adaptasi dan akulturasi antara tata kota tradisional lokal dengan tata kota kolonial, itu karena masyarakat pribumi pada waktu itu masih sangat memegang teguh tradisi pra-kolonial mereka.
Sebagaimana dikutip INFORADAR.ID, dari Website, @kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbbanten, bahwasannya Alun-alun bukanlah semata-mata bagian dari pusat kota. Alun-alun juga memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan konsep ketuhanan.
Para bupati sering kali mengumpulkan penduduk di alun-alun untuk menyampaikan informasi dan kebijakan pemerintah.
Dengan demikian, alun-alun menjadi pusat komunikasi vital antara pemerintah dan rakyat, memastikan informasi dan kebijakan dapat disampaikan dengan efektif kepada masyarakat.
BACA JUGA:Water Toren te Pandeglang, Saksi Bisu Perkembangan Kota
Dalam konteks ini, tata kota Pandeglang mencerminkan harmoni antara tradisi Jawa yang kuat dan pengaruh tata kota kolonial, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya yang kaya di wilayah tersebut.
Kota Pandeglang saat itu merupakan ibukota dari Kabupaten Banten Tengah yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda, berdasarkan Ordonansi tanggal 1 Maret 1874.
Pusat kota Pandeglang adalah alun-alun dengan pendapa Bupati di utaranya. Di sekitar alun-alun terdapat bangunan-bangunan kolonial seperti yang kini digunakan sebagai Markas Kodim 0601, dan Rumah Tahanan, Gedung Eks Rumah Sakit, Menara Air, Rumah Eks Perwira, serta Gedung Eks Kawedanaan yang kini menjadi Gedung Bale Budaya.
Tata kota Pandeglang merupakan bentuk akulturasi dan adaptasi dari tata kota lokal di Jawa dengan tata kota kolonial. Tata kota lokal ditunjukkan dengan adanya alun-alun dan pendapa.
Sementara itu, tata kota kolonial ditunjukkan dari langgam dan arsitektural bangunan yang bergaya Eropa, serta keletakan bangunan pemerintah di utara, timur dan barat alun-alun. Tata letak tersebut berbeda dengan tata kota lokal Jawa yang memusatkan pemerintah di selatan alun-alun.
Keberadaan bangunan tinggalan era kolonial di sekitar alun-alun kota Pandeglang sangat penting kedudukannya dalam sejarah perkembangan kota Pandeglang.
Bangunan-bangunan tersebut merupakan bukti sejarah dan harus dilestarikan keberadaannya. Tata letak dengan alun-alun sebagai pusat, dapat dijadikan landmark kota Pandeglang yang erat kaitannya dengan sejarah Banten khususnya, serta sejarah Nusantara secara umum. (*)
BACA JUGA:Tempat Wisata di Pandeglang yang Asoy Dinikmati Bersama Kelapa Muda