Di rumah lelaki ini, Ria benar-benar dibimbing untuk tobat. Selama di rumah lelaki ini, Ria tidak lagi merasakan tubuhnya seperti dibakar.
Lelaki ini kemudian menyuruhnya untuk menunggu di bawah pohon yang dia tunjuk. Katanya, nanti ada kendaraan yang bisa mengantar Ria pulang.
“Kamu tidak perlu tahu saya,” ujar Ria menirukan ucapan terakhir lelaki itu.
Ria mengikuti petunjuk lelaki itu. Berjalan menuju pohon yang ditunjuk lelaki itu. Ketika dia menoleh ke belakang, lelaki itu tidak ada. Menghilang bersama rumahnya.
Ria kembali ke rumah orangtuanya. Ria mengakui, dia belum benar-benar bertobat. Dia belum mau mengucapkan 2 kalimat syahadat.
Selama 3 bulan, dia terus merasakan tubuhnya panas seperti dibakar. Nasihat dari bapak kandungnya untuk membuang ilmu santet tidak dituruti.
“Karena gue masih ngeyel. Akhirnya gue percaya setelah bapak bilang kalau Allah itu Maha Baik. Maha Pemurah, Maha Penyayang, Maha Pengampun.”
“Sebajingan apa pun kamu, sejahat dan sekotor, sehina apa pun kamu, Allah masih bisa memaafkan kalau kamu niat tobat nasuha. Ingat, nggak ada manusia yang bisa maafin kamu kecuali Allah,” tutur Ria.
Suatu malam, Ria merasakan sakit luar biasa. Dia merasa, tubuhnya ditusuk dari ujung kepala sampai ke pantat.
Rasa sakit itu hilang setelah bapak Ria membacakan ayat-ayat suci Alquran. Ria baru bisa tidur.
Dalam tidurnya, Ria bermimpi didatangi sesosok hitam, tinggi, dan besar. Kepalanya hampir menyentuh langit-langit rumahnya.
Makhluk ini menemui Ria cuma untuk mengucapkan, “Man Robbuka”.
Ria terbangun. Dia ketakutan. Dia langsung tobat.
Di bawah bimbingan bapaknya. Ria menjalankan ibadah dengan taat. Dengan ikhlas.
Setelah membuang ilmu santetnya pada tahun 2016, Ria dikaruniai anak. Baru 1 anak. Perempuan.
Saat ini, Ria tetap membuka praktik spiritual. Tapi tidak untuk mencelakai orang. Dia justru menggunakan ilmunya untuk menolong orang-orang yang terkena santet, teluh atau tenung, guna-guna, pellet, dan gendam.