INFORADAR.ID - Jam tangan kini bukan hanya menjadi penanda waktu belaka. Salah satu merek jam tangan yang diminati segala kalangan adalah G-Shock. Jam yang dikenal karena ketahanannya terhadap guncangan ini bahkan dapat dihias sesuai keinginan si pemiliknya. Dan di Banten, ada komunitas para penikmat G-Shock.
Simpel dan tahan banting. Itulah dua hal yang membuat Asep Mulya Hidayat jatuh hati terhadap G-Shock. Pria yang menjabat sebagai Sekretaris Dinas Pertanian Provinsi Banten ini mengkoleksi G-Shock sejak 2006 lalu.
Selain simpel dan tahan terhadap guncangan, pria yang akrab disapa Haji Rocker ini juga menyukai G-Shock karena warnanya yang beragam. “Warnanya terang-terang. Satu seri warnanya bisa lain-lain. Jadi bisa disesuaikan,” tutur Haji Rocker, Minggu (10/7).
Tahun 2006 lalu, ia mengaku pernah membeli satu seri G-Shock dengan berbagai warna. Saking sukanya, koleksi G-Shocknya kini mencapai ratusan unit.
Lantaran fungsi G-Shock bisa kalah dengan smartwatch merek lain, maka ia lebih suka seri G-Shock yang kolaborasi dengan pihak lain lantaran lebih spesial. Bahkan agar membuat jam tangannya berbeda dengan milik orang lain, ia kerap membuat sendiri tali jam hingga hiasan lainnya sesuai keinginannya sendiri.
“Bisa dicustom sesuai keinginan kita. Mulai dari warna, gambar, hingga lampu,” ujarnya.
Namun saat ini layanan custom G-Shock belum tersedia di Banten. Untuk membuat custom G-Shock, ia harus memesan secara online di daerah lain. Harganya pun beragam, mulai dari Rp500 ribu sampai Rp1 juta.
Casio sendiri meluncurkan jam G-Shock pada bulan April 1983. Produk pertama diciptakan adalah G-Shock DW-5000 yang dirancang oleh seorang insinyur yang berkerja pada Casio bernama Kikuo Ibe.
Meskipun koleksinya sudah banyak, tapi ia terkadang masih tergoda dengan seri-seri baru dan terbatas. “Kalau begitu, saya beli terus tidak lama saya lepas lagi karena saya ingin yang biasa saja. Saya suka yang klasik dan kotak. Saya suka yang edisi 56 dan 69,” tutur Haji Rocker.
Untuk merawat koleksinya itu, ia mengaku tak ada perawatan khusus. Namun, ia memang menyediakan tempat khusus untuk G-Shocknya. “Tapi ada yang berantakan juga. Di kantor, di mobil. Ya istri mah sudah paham,” ujarnya tertawa.
Haji Rocker tak sendiri menjadi penikmat G-Shock. Ia bersama puluhan penikmat G-Shock lainnya tergabung dalam komunitas bernama G-Shock Warriors Indonesia (GWSI) Provinsi Banten.
Ketua GWSI Serang Taufiqqur Rahman Nur Afief mengatakan, GSWI secara umum adalah komunitas, forum, wadah, dan tempat bersilaturahminya para penikmat jam tangan G-Shock. “Bukan hanya tempat untuk para kolektor jam G-Shock yang jumlah jam koleksinya banyak. Bahkan untuk kita-kita yang baru ingin tahu apa sih G-Shock itu, dan bahkan tempat yang pas buat kita yang sekedar suka lihat-lihat G-Shock saja boleh,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Afief mengaku, apabila dipilah-pilah, anggota GWSI ada yang kolektor, penggemar, penjual, bahkan pembeli G-Shock. Saat ini jumlah anggotanya mencapai 47 orang.
Komunitas GSWI berawal dari forum Kaskus di tahun 2009 dengan nama G-Shock Warriors, kemudian beralih ke Facebook di tahun 2010 dengan nama G-Shock Warriors Indonesia yang sampai dengan saat ini jumlah anggota di forum Facebook sebanyak 43.804 orang di seluruh wilayah Indonesia. “Nah kalau GSWI Serang itu perwakilan regional chapter area Serang dan sekitarnya,” tutur Afief.
GWSI Serang cara resmi berdiri pada 13 Januari 2018 sebagai chapter ke 31. Pada dasarnya GSWI Serang mengutamakan silaturahim dan persaudaraan untuk menjadi syarat umum menjadi anggotanya. “Bisa kita katakan adalah mau menyempatkan diri untuk bersilaturahmi,” ujarnya.
Pertemuan para penikmat G-Shock ini diadakan satu bulan sekali. Namun dalam rangka mempererat silaturahmi itu sendiri pastinya ada data-data pribadi yang diminta untuk diisi. Jika tidak ada kendala, maka pertemuan rutin bulanan diadakan sebulan sekali. “Semangat pertemuan tetap mempererat silaturahmi, berinteraksi dengan member lain,” tutur Afief.
Selain sharing pengetahuan seputar G-Shock, pertemuan rutin GWSI juga biasanya diisi dengan workshop, jual beli, lelang, baksos, dan bahkan ada pengajian. (*)