Jangan Pilih Kos di Bawah Harga Standar, Kalau Tidak...(1)

Senin 27-06-2022,19:33 WIB
Reporter : Agus Priwandono
Editor : Agus Priwandono

Anehnya, penjaga kos ini tidak ikut masuk. Menjejakkan kaki di halaman tempat kos pun tidak. Dia cuma mengantar Angel sampai di pintu gerbang tempat kos. 

Bapak ini menjelaskan bahwa tempat kos ini memiliki ruang tamu, dapur, dan ruang tamu. Kamar mandi tidak berada di dalam tiap kamar yang disewakan. Kamar mandi berada di samping dapur. 

Sebelum meninggalkan Angel, penjaga kos ini menyerahkan kunci pintu kamar. Dia bilang bahwa Angel menempati kamar nomor 2.  

Angel masuk ke dalam tempat kos dengan halaman yang cukup luas itu. Dia memeriksa sebentar bagian dalamnya. Kemudian, dia masuk ke dalam kamar nomor 2. 

Di kamar ini, sudah ada dipan beserta kasurnya. Namun, tanpa sprei. Lemari pakaian juga telah disediakan oleh pemilik kos. Jadi, penghuni tinggal membawa pakaian. 

Siang menjelang sore, Angel membereskan kamarnya. Dia menyapu, lalu mengepel lantai kamar. Merapikan tempat tidur. Dan, memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari.  

“Selesai beres-beres, saya tiduran,” tutur Angel. 

Tak lama, gadis ini mendengar suara tempat tidur berderit. Begitu jelas. Begitu dekat dengan telinganya. 

Angel bangun. Memeriksa tempat tidurnya yang terbuat dari kayu. Dipan yang cuma cukup untuk satu orang ini disediakan oleh pemilik kos. Sama seperti kamar lain.  

Angel menggoyang-goyangkan tubuhnya di atas kasur. Dipannya memang bergoyang. Tapi tidak berderit. 

Malam pertama di tempat kos barunya, Angel berkenalan dengan seorang ibu. Warga setempat. Dia tinggal tak jauh dari tempat kos Angel. 

Perkenalannya dengan ibu ini terjadi ketika Angel hendak mencari makan malam. Dia berjalan kaki mencari warung di sekitar tempat kos. 

Nah, ketika mencari warung, ibu ini menyapa Angel. “Mbak orang baru ya?”. 

Sebagai pendatang, Angel ngerti, dia harus ramah dengan warga. “Iya,” jawabnya sopan. 

Angel lalu menceritakan bahwa dia menghuni salah satu kamar di dalam bangunan bercat putih di kampung ini.   

“Mbak berani ya,” kata ibu itu. 

Kategori :