BANTEN,INFORADAR.ID-Keraton Surosowan Banten diperkirakan dibangun antara 1526-1570, oleh Pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin. Keraton Surosowan dibangun setelah Sunan Gunung Jati menyerahkan wilayah kepada anaknya yaitu Sultan Maulana Hasanudin.
Sultan Maulana Hasanudin menjadi sultan Banten yang pertama. Berdasarkan sejarah, dikutip INFORADAR.ID, dari situs resmi Kementerian Pendidikan, Keraton Surosowan dibangun dalam empat fase.
Fase pertama pada tahun 1552-1570 membangun dinding selebar 100 meter sampai 125 meter.
Dinding Keraton dibangun dari susunan bata berukuran besar yang dicampur dengan tanah liat (lempung). Selanjutnya pada masa pembangunan fase kedua, didirikan dinding bagian dalam dan bastion. Dinding bagian dalam berfungsi sebagai penahan tembakan.
Fungsi bangunan dinding Keraton Antara fase pertama dan kedua telah terjadi perubahan dari yang tadinya sebagai tembok keliling kemudian menjadi tembok pertahanan dengan unsur-unsur Eropa.
Setelah fase kedua selesai, pada fase ketiga dilaksanakan pendirian ruang-ruang di sepanjang dinding penahan tembakan (parapet). Pada fase keempat pembangunan dilakukan perubahan pada gerbang utara dan diperkirakan juga pada gerbang timur.
Keraton atau Benteng Surosowan telah mengalami penghancuran beberapa kali hingga saat ini. Kehancuran total yang pertama kali terjadi ketika terjadi perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putra mahkota Sultan Haji yang dibantu oleh VOC pada tahun 1680. Akibat perang saudara Keraton Surosowan dibumihanguskan oleh Sultan Ageng Tirtayasa sebelum melanjutkan perlawanan dari Tirtayasa.
Setelah Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten yang merupakan pengganti ayahnya, ia meminta bantuan seorang arsitek Belanda, Hendrik Laurenzns Cardeel, untuk membangun kembali Keratonnya. Cardeel meratakan dan kemudian membangun kembali keraton tersebut di atas puing-puing reruntuhan keraton.
Atas jasanya, ahli bangunan berkewarganegaraan Belanda yang masuk islam ini diberi gelar oleh Sultan dengan nama Pangeran Wiraguna.
Memasuki tahun 1808, Keraton Surosowan mengalami kehancuran kedua oleh pihak Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Jendral VOC saat itu bernama Herman William Daendels.
Dihancurkan karena Kesultanan Banten menolak permintaan Gubernur Jenderal Daendels Komondeur Philip Pieter du Puy. Utusan Belanda meminta Sultan Banten mengirimkan 1000 orang rakyat setiap hari untuk dipekerjakan di Ujung Kulon. Dan menyerahkan Patih Mangkubumi Wargadiraja ke Batavia. (*)