Siang pada puasa hari ketiga, Ikhsan diminta menyediakan minyak yang dibutuhkan Abah.
Ikhsan tidak mampu memenuhinya. Padahal, Ikhsan sampai pulang ke daerahnya di Kota Tangerang untuk mendapatkan minyak sesuai keinginan Abah.
Bukan karena tidak punya uang. Tapi karena Ikhsan tidak menemukannya di sejumlah pedagang yang dia hampiri.
Abah pun turun tangan. Minyak didapat dari seorang pedagang yang ditunjukkan tempatnya oleh Abah. Itupun cuma tersisa 1 mililiter.
Ikhsan harus menebus minyak beraroma wangi yang tidak dia ketahui nama atau jenisnya itu. Mahal. Untuk 1 mililiter, Ikhsan membayarnya seharga Rp 3,5 juta.
Puasa pada hari ketiga tidak dilakoni Ikhsan seperti dua hari sebelumnya. Ikhsan tidak menjalaninya hingga Magrib. Dia harus menahan lapar dan haus sampai jam 24.00.
Jam 23.30, Ikhsan dibawa Abah menuju sebuah gubuk di tengah sawah. Jauh dari rumah Abah. Jauh dari pemukiman warga.
Berbekal botol berisi setetes minyak dan sajadah, Ikhsan dan Abah menyusuri kali. Melewati pematang sawah berkelok-kelok.