Bapak tidak sakit lagi. Selama tiga hari, Bapak bisa tidur nyenyak. Keluarganya lega. Berharap, Bapak benar-benar pulih.
Pada malam ketiga setelah diobati, Bapak bermimpi. Dalam mimpinya, ikatan di bagian dada Bapak dilepas oleh sosok yang tidak kelihatan.
Pagi harinya, Bapak kembali sakit. Lebih parah. Bapak tidak bisa berjalan. Bapak cuma bisa ngesot.
Bapak dibawa ke rumah sakit lagi. Dokter menyarankan agar Bapak menjalani rawat inap.
Setelah dua minggu dirawat di rumah sakit, Bapak diizinkan untuk pulang. Bapak bisa berjalan.
Tapi cuma bertahan selama tiga hari. Bapak sakit lagi. Panas dirasakan Bapak dari telapak kakinya sampai Dada. Bapak kembali tidak bisa berjalan.
Wahyu dan keluarganya meminta bantuan seorang ahli ruqyah. Orang ini tinggal di Bogor.
Pengobatan akhirnya dilakukan melalui media handphone. Lewat video call, Bapak di-ruqyah.
Bapak muntah-muntah ketika ahli ruqyah membacakan ayat-ayat suci Alquran.
Setelah selesai, Bapak langsung bisa berjalan. Keluarganya menganggap Bapak sudah sembuh.
Tapi, itu tidak lama. Beberapa hari kemudian, Bapak kembali sakit. Sakit yang sama. Di waktu yang sama pula.
Wahyu dan keluarganya bingung. Mereka berunding lagi untuk menentukan pengobatan Bapak.
“Ke praktisi supranatural udah, secara medis juga sudah. Akhirnya keluarga memutuskan untuk memanggil lagi ahli spritual. Yang ketiga. Rekomendasi dari tetangga,” kata Wahyu.
Ahli spiritual itu juga tidak mampu. Saat melakukan ritual pengobatan, dia muntah darah.
“Setelah ahli spiritual itu pulang, Bapak minta saya untuk menjadi imam. Kami shalat bareng. Ibu ikut jadi makmum,” tutur Wahyu.
Bapak kemudian meminta Wahyu untuk zikir Ratib Al-Haddad. Di saat Wahyu berzikir, ibunya kesurupan.