Kitab Sutasoma juga akur dengan Kidung Sudamala dan Serat Calonarang tentang tempat hidup hantu Jawa kuno. Yakni, kuburan. Bahkan, Kidung Sudamala menjelaskan bahwa hantu mempunyai markas besar yang disebut Setra Gandamayit. Letaknya di tengah area pemakaman.
Serat Calonarang lebih merinci lagi tentang hobi hantu Jawa kuno. Ditulis, bahwa hantu-hantu kuno itu senang di rumah kosong dan perempatan jalan.
Kitab kuno di atas menyertakan pula tentang kekuatan hantu Jawa kuno. Hantu Jawa kuno ditulis sebagai lelembut yang cukup ganas. Mempunyai energi atau daya negatif. Bisa menyebarkan penyakit dan menyebar kegilaan atau kesurupan.
Dicontohkan oleh Kakawin Sena, Haja Sirah yang berwujud kepala manusia, diyakini dapat mencelakai manusia karena hantu ini menghisap darah.
Di sisi lain, hantu Jawa kuno juga mempunyai kelemahan. Hantu Jawa kuno sulit mencelakai manusia yang mempunyai keimanan. Rajin beribadah.
Kelemahan hantu Jawa kuno ini diceritakan dalam Kidung Sudamala. Yakni, ketika Bathari Durga yang disebut sebagai presiden lelembut, memerintahkan Kalika untuk merasuki Dewi Kunti. Kalika adalah pengawal Bathari Durga, sekaligus hantu yang membawahi semua hantu Jawa kuno.
Namun, Kalika diceritakan ragu merasuki Dewi Kunti. Penyebabnya, karena Dewi Kunti taat beribadah.
Lalu, kenapa hantu Jawa kuno ini tidak lagi eksis di zaman sekarang?
Untuk menjawabnya, kita bisa berpegang pada motif penyusunan kitab dan pembangunan candi. Bisa jadi, cerita tentang hantu dan yang berkaitan dengannya itu merupakan bagian dari konsep kekuasaan. Dibuat oleh penguasa zaman dulu agar masyarakatnya mudah diatur. Agar mudah menaati peraturan yang dibuat oleh penguasa.
Hal itu dapat dilihat cerita tentang asal-usul hantu Jawa kuno. Salah satunya Kidung Sudamala. Disebutkan bahwa hantu Jawa kuno tercipta dari bidadara dan bidadari yang dikutuk karena melawan titah. Bidadari yang dikutuk itu adalah Bathari Durga.
Jawaban itu akan berbeda dari kacamata supranatural. Seorang paranormal yang enggan disebut namanya mangatakan, hantu akan terus eksis jika manusia memupuknya. Artinya, hantu akan terus ada, bahkan bisa tercipta dalam bentuk lain berdasarkan keyakinan dan pikiran manusia.
“Contohnya ya itu, hantu Jawa kuno tidak ada lagi karena manusia sekarang tidak memikirkannya, tidak mempercayainya. Sekarang kan hantunya Kuntilanak dan Pocong, ya karena manusia percaya,” katanya. (*)