INFORADAR.CO - Asia Tenggara merupakan dunia lelembut. Kepercayaan akan makhluk halus ini menyebar di seluruh wilayah bangsa Astronesia. Di Indonesia, khususnya Jawa, kepercayaan itu telah muncul dari masa prasejarah hingga sekarang.
Menariknya, hantu yang kita kenal sekarang seperti Kuntilanak dan Pocong yang nge-trend di tengah masyarakat, tidak dikenal oleh masyarakat Jawa kuno. Mungkin karena Kuntilanak dan Pocong belum lahir ya.
Ya, hantu kuno berbeda dengan hantu yang kita kenal lewat tayangan televisi. Apalagi, hantu di media sosial karya konten kreator.
Ada beberapa naskah era klasik atau akhir abad XV, seperti Kakawin Sena, Kitab Sutasoma, Kitab Nawaruci, dan Serat Calonarang yang menyebutkan hantu Jawa kuno. Tapi, dari kitab-kitab kuno ini, Kakawin Sena lah yang paling rinci menyebutkan nama dan wujud hantu Jawa kuno.
Kakawin Sena menyebutkan sosok hantu bernama Dengen. Hantu ini memang tidak disebutkan dengan jelas wujudnya. Namun, Kakawin Sena menjelaskan bahwa hantu Dengen memiliki suara seperti burung malam. Kemunculannya bersamaan dengan hantu Hencok, Huci-huci, dan Kukuk Bawil yang berwujud burung malam.
Kemudian, Laweyan. Sosok hantu ini berwujud tubuh manusia tanpa kepala dengan lubang di tubuhnya. Mungkin ini nenek moyang Sundel Bolong kali ya.
Banaspati, Kamangmung, dan Bandalungan digambarkan dalam Kakawin Sena sebagai hantu berwujud kepala dengan kobaran api yang muncul dari pepohonan. Untuk hantu dengan wujud semacam ini, khususnya Banaspasti, sebagian masyarakat masih mengenalnya hingga ini.
Lalu, ada Tengis, Tetekan, Tongtosot, Gegembung, Balung, Usus dan lain-lain. Adalah hantu dengan sosok menyerupai bagian tubuh manusia.
Kakawin Sena menyebut juga hantu Haja Sirah, berwujud kepala manusia yang menghisap darah. Dia muncul bersama Wedon, hantu berwujud kain putih.
Ada lagi hantu yang ditulis dengan nama Jejengklek dan Gandarwo. Seluruh tubuh hantu ini dipenuhi bulu lebat dan panjang. Bisa jadi, keturunan hantu ini kita kenal sekarang dengan sebutan Genderuwo.
Hantu bersosok anak kecil juga disebutkan dalam Kakawin Sena. Ada Lare Bajang, Bajang Krek, Popoting, dan Kumara. Bajang Krek disebutkan sebagai sosok hantu berwujud bangkai bayi. Sementara, Popoting dan Kumara disebut berwujud usus bayi.
Hantu dengan wujud menyerupai bagian tubuh manusia juga disebut secara detail dalam Kidung Sudamala. Namanya, Tendas Buntit.
Eksistensi hantu Jawa kuno ternyata tidak cuma tertulis dalam naskah kuno yang sudah disebutkan di atas. Pernah ke Candi Sukuh? Nah, di salah satu sudut candi ini, terpahat rilief hantu berwujud kepala dan tangan manusia.
Kitab Sutasoma, Kitab Nawaruci, dan Serat Calonarang memang tidak menyebut sosok hantu-hantu Jawa kuno secara detail. Namun, ketiga kitab ini menyebutkan tempat tinggalnya.
Kitab Sutasoma misalnya, menyebut bahwa pohon beringin dan kepuh merupakan pohon angker yang menjadi tempat hantu-hantu itu bersemayam.