Mahasiswa KKN UNIBA buat Program KerjaPerbaikan Jalan, Jadi Simbol Harapan Warga
Kondisi Jalan - Foto Bersama Sekretaris Desa --
Berawal dari hasil observasi langsung di Desa Damping, Kecamatan Pamarayan, Kabupaten Serang, kelompok Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) 72 Universitas Bina Bangsa menyusun sebuah program kerja yang menyasar langsung kebutuhan mendesak masyarakat taituperbaikan jalan rusak.
Jalan di Kampung Jelajat, salah satu titik vital dalam desa, menjadi sorotan utama. Kondisinya yang berlubang, bergelombang, serta kerap tergenang air saat hujan, membuat warga kesulitan menjalani aktivitas harian, baik untuk ke sekolah, mengangkut hasil tani, maupun berdagang. Sebagai akses penghubung antarwilayah dalam desa, jalan ini sangat berperan penting dalam mendukung kehidupan sosial dan ekonomi warga.
Ketua Kelompok KKM 72, M. Faturohman, menyampaikan bahwa inisiatif ini bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk kepedulian nyata terhadap keluhan yang telah lama disuarakan oleh warga. Mereka mengaku jalan ini sudah bertahun-tahun rusak tanpa ada perbaikan berarti. Maka dari itu, kelompok mahasiswa ini bertekad menjadikan perbaikan jalan sebagai prioritas utama selama masa pengabdian.
Proposal program pun disusun dan diajukan ke berbagai instansi, mulai dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Serang hingga Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Provinsi Banten. Proses pengajuan telah dilakukan secara resmi, dan meskipun belum ada keputusan final, tanggapan awal dari pihak terkait cukup positif.
Mereka menyambut baik semangat inisiatif mahasiswa dan membuka kemungkinan kolaborasi ke depannya. Namun, seperti kebanyakan proses birokrasi, tahap verifikasi dan kajian teknis tetap harus dilalui. Beberapa pihak menyarankan agar proposal dilengkapi dengan dokumen pendukung seperti Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan peta teknis lokasi, yang tentunya memerlukan waktu dan sumber daya tersendiri.
Di balik upaya tersebut, sejumlah kendala juga turut mewarnai perjalanan kelompok ini. Salah satunya adalah keterbatasan data teknis, seperti dimensi pasti ruas jalan rusak yang harus disurvei secara manual. Selain itu, informasi prosedural mengenai jalur resmi pengajuan ke pemerintah juga belum sepenuhnya mereka kuasai.
Ditambah lagi, waktu pelaksanaan KKM yang terbatas serta kondisi cuaca yang tak menentu sering kali menghambat dokumentasi lapangan. Meski begitu, semangat mereka tidak surut. Komunikasi dengan warga pun terus dijalin.
Diskusi informal dan musyawarah terbatas telah dilakukan bersama tokoh masyarakat setempat. Antusiasme warga terhadap rencana ini sangat tinggi. Mereka menyambut baik rencana perbaikan dan bahkan siap menyumbangkan tenaga jika pembangunan benar-benar dimulai.
Apabila proposal ini disetujui, kelompok telah menyiapkan tahapan teknis pelaksanaan. Dimulai dari survei ulang dan pembersihan area jalan, dilanjutkan dengan pengerasan menggunakan batu split dan pasir, pemadatan dengan alat sederhana maupun bantuan alat berat jika tersedia, hingga pelapisan permukaan dengan material yang sesuai.
Semua proses dirancang melibatkan warga secara langsung, baik dalam tenaga maupun pemantauan, sebagai bentuk gotong royong dan tanggung jawab bersama. Lebih dari sekadar proyek fisik, program ini menyimpan harapan jangka panjang.
KKM 72 berharap aksesibilitas warga meningkat, roda ekonomi desa bergerak lebih cepat, dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya merawat fasilitas umum ikut tumbuh. Bahkan, mereka berharap gerakan ini menjadi sinyal kuat bagi pemerintah agar lebih peduli terhadap infrastruktur desa yang sering kali terabaikan.
Namun, jika skema ideal tidak dapat diwujudkan dalam waktu dekat karena kendala teknis atau administratif, KKM 72 telah menyiapkan rencana alternatif. Mereka mendokumentasikan seluruh data dan peta lokasi secara lengkap untuk kemudian diserahkan kepada pihak desa sebagai arsip lanjutan. Draf RAB dan kerangka teknis juga disusun agar dapat diajukan ulang oleh lembaga desa ke tingkat kabupaten.
Selain itu, upaya menjalin kerja sama dengan komunitas relawan dan LSM pun sedang dirintis, sebagai solusi partisipatif berbasis masyarakat. Sebagai bentuk komitmen awal, kelompok juga membuka peluang menginisiasi gotong royong warga untuk memperbaiki titik-titik jalan terparah secara sederhana.
Dengan segala keterbatasan, KKM 72 tetap menunjukkan bahwa pengabdian bukan hanya soal keberhasilan proyek, melainkan tentang upaya dan niat tulus untuk membangun desa bersama masyarakat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
