Disway Award

6 Tempat Bersejarah di Banten Lama yang Patut Dikunjungi, Kenali Destinasi Ini Lebih Dekat

6 Tempat Bersejarah di Banten Lama yang Patut Dikunjungi, Kenali Destinasi Ini Lebih Dekat

Mengenal lebih dekat sejarah Kerajaan Banten-NMVW Collectie Stoomvaart Maatschappij "Nederland NV SMN Fotostudio-

INFORADAR.ID- Kompleks Banten Lama juga disebut sebagai Kota Kuno Banten, ini adalah tempat bersejarah yang merupakan warisan dari masa kejayaannya Kesultanan Banten.

Destinasi-destinasi ini menawarkan pengalaman sejarah yang mendalam dan memukau, mulai dari arsitektur kuno hingga peninggalan-peninggalan bersejarah lainnya. 

Dengan mengunjungi tempat-tempat ini, kamu dapat memahami lebih baik tentang sejarah dan kebudayaan Banten terutama Banten Lama. 

Beberapa destinasi yang dapat dikunjungi antara lain adalah situs-situs bersejarah yang menjadi saksi bisu kejayaan Kerajaan Banten di masa lampau. 

Mengunjungi Banten Lama berarti menelusuri jejak sejarah dan mengalami keindahan arsitektur kuno yang masih terjaga hingga saat ini.

BACA JUGA:Kemenkop dan KGN Jalin Kerja Sama Peningkatan SDM Pengelola Kopdes Merah Putih Berbasis ToT

BACA JUGA:Lebak Darurat Sampah, DPRD Banten Desak Percepatan Pembangunan TPST Regional

Di area ini, kamu dapat menjelajahi berbagai destinasi wisata bersejarah, seperti Vihara Avalokitesvara, Pelabuhan Karangantu, Masjid Agung Banten, Danau Tasikardi, Meriam Ki Amuk, Istana Kaibon, dan Benteng Speelwijk.

Wilayah kota kuno ini bukan hanya sekadar kumpulan istana keluarga raja, tetapi juga mencakup seluruh perancangan kota yang mencakup saluran air, jalan, dan sarana publik pada waktu itu.

Oleh karena itu, berikut ini adalah beberapa sejarah dan fakta menarik yang dirangkum dari berbagai sumber mengenai beberapa situs bersejarah di Banten Lama:

1. Istana Keraton Kaibon

Istana ini dibangun untuk tempat tinggal ibunda Sultan Syafiudin, Ratu Aisyah, ketika sang Sultan saat berumur lima tahun.

Dahulu Keraton Kaibon sangat megah, tetapi sekarang hanya menyisakan puing-puing setelah dihancurkan oleh Belanda pada tahun 1832.

Serangan terjadi karena Sultan Syafiudin menolak proyek jalan Anyer-Panarukan dan juga proyek pelayaran Belanda, bahkan memenggal kepala utusan Belanda, Du Puy.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: