Ingin Mengikuti KKN Kebangsaan? Yuk Simak Cerita dan Tips dari Ahmad Baedowi Selama Menjalani KKN Kebangsaan
--
INFORADAR.ID – Ahmad Baedowi, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) angkatan 2021 berhasil menjadi delegasi KKN Kebangsaan 2024 yang dilaksanakan di Universitas Pattimura, Ambon, Maluku. Ia terpilih sebagai satu dari lima mahasiswa Untirta yang mewakili kampus dalam program nasional tersebut.
“Motivasi saya sesederhana karena ingin merasakan hidup di luar Pulau Jawa. Dari kecil sampai kuliah, saya hanya hidup di Jawa. Ketika tahu KKN Kebangsaan diadakan di Maluku, saya langsung excited,” ungkap Ahmad dalam wawancara yang dilakukan beberapa waktu lalu. Ia juga menjelaskan bahwa keinginannya semakin kuat karena ingin merasakan hidup dan bersosialisasi dengan masyarakat di Indonesia Timur, sembari menerapkan ilmu komunikasi yang ia pelajari untuk pengabdian sosial di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
BACA JUGA:TIPS and TRICK Membangun Mindset Wirausaha yang Sukses bagi Mahasiswa
Untuk bisa lolos seleksi, Ahmad menjelaskan bahwa ada dua tahapan utama yang harus dilalui, yaitu seleksi tingkat fakultas dan universitas. Pada tingkat fakultas ia harus melalui seleksi berupa pengumpulan berkas seperti transkrip nilai, KRS, surat sehat, izin orang tua, CV, dan portofolio. Setelah lolos fakultas, mahasiswa harus melanjutkan seleksi universitas dan diwawancarai bersama peserta dari seluruh fakultas. Dari sekitar 80 peserta seleksi universitas, hanya lima orang yang akhirnya terpilih sebagai delegasi Untirta.
Ahmad juga membagikan bahwa persiapannya dimulai sejak awal masa perkuliahan. Ia sudah mengenal KKN Kebangsaan sejak menjadi mahasiswa baru saat kegiatan OSPEK, di mana seniornya pernah lolos program tersebut. “Saya jadi rajin cari tahu dan mulai menyusun portofolio sejak dini. Target saya, harus ada lagi dari Ilmu Komunikasi yang lolos KKN Kebangsaan tahun ini,” tuturnya dengan semangat.
Selama menjalani KKN di Maluku, Ahmad menghadapi beberapa tantangan, terutama dalam hal komunikasi. “Kendala paling utama itu bahasa. Logat Maluku sangat cepat dan beda banget dengan logat saya yang Sunda. Jadi awalnya saya kesulitan memahami percakapan,” ujarnya. Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa menyatukan pemikiran 10 anggota tim yang berasal dari berbagai universitas di Indonesia menjadi tantangan tersendiri. “Mereka semua orang-orang hebat, pintar, aktif di kampusnya masing-masing. Jadi kita perlu menurunkan ego dan saling memahami,” tambahnya.
Meski banyak tantangan, Ahmad merasa pengalaman KKN Kebangsaan memberikan banyak manfaat, baik secara fisik maupun mental. “Kita dapat uang saku, tiket pesawat PP, baju kegiatan, ransel, dan tentunya sertifikat. Tapi yang paling berharga adalah pengalamannya. Saya hidup sebulan di Maluku, belajar langsung dari masyarakat, melihat perjuangan mereka dalam keterbatasan pendidikan dan ekonomi. Itu yang nggak bisa dibeli,” katanya penuh kesan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
