Fakta Sejarah Sumpah Pemuda, Sebagian Besar Pembicara dalam Kongres Pemuda Memakai Bahasa Belanda

Fakta Sejarah Sumpah Pemuda, Sebagian Besar Pembicara dalam Kongres Pemuda Memakai Bahasa Belanda

Ilustrasi: Fakta sejarah Sumpah Pemuda-freepik-freepik.com

Ia menulisnya secara spontan di atas secarik kertas saat mendengarkan pidato Mr. Sunario pada hari terakhir kongres.

3. Gedung Kongres Kini Menjadi Museum

Dikutip dari situs Museum Sumpah Pemuda Kemendikbud, Kongres Pemuda II diadakan di Gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat.

Pada 3 April 1973, gedung ini dipugar dan pada 20 Mei 1973, resmi dijadikan Museum Sumpah Pemuda.

4. Tidak Boleh Menyebutkan Kata "Merdeka"

Dikutip dari situs Bawaslu, selama kongres, peserta tidak diperbolehkan mengucapkan kata "merdeka" karena ketatnya pengawasan oleh polisi Belanda.

Hal ini juga mempengaruhi WR Supratman yang saat itu hanya memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan biola tanpa lirik.

BACA JUGA:10 Gombalan Spesial Hari Sumpah Pemuda 2024, Pasanganmu Auto Langsung Baper

5. Lagu Indonesia Raya Perdana Diperdengarkan

Mengutip laman Kemendikbud, lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya, pertama kali diperdengarkan di kongres ini oleh WR Supratman.

Namun, karena larangan saat itu, ia hanya memainkan melodi lagu tanpa menyanyikan liriknya. Meski demikian, seluruh peserta kongres menyambut dengan penuh antusias.

6. Sumpah Pemuda Awalnya Tidak Bernama

Dikutip dari situs Bawaslu, meskipun ikrar pemuda dibacakan dalam kongres, pada awalnya ikrar tersebut tidak memiliki nama resmi. Istilah "Sumpah Pemuda" baru muncul beberapa hari setelah kongres berakhir.

7. Mayoritas Menggunakan Bahasa Belanda

Masih mengutip situs Bawaslu, sebagian besar pembicara dalam Kongres Pemuda II menggunakan bahasa Belanda, termasuk Siti Soendari. Selain itu, notulen rapat juga ditulis dalam bahasa Belanda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: