All Eyes On Papua, Perampasan Tanah Adat Demi Perkebunan Sawit
All Eyes On Papua, Perampasan Tanah Adat Demi Perkebunan Sawit-Ig kopukabar-
INFORADAR.ID- Kata All Eyes On Papua saat ini sedang menjadi perbincangan hangat masyarakat Indonesia. Setelah sebelumnya masyarakat Indonesia menyoroti kasus yang ada di Rafah, kini masyarakat Indonesia berbondong-bondong menyoroti kasus yang ada di Papua.
Postingan dan tagar All Eyes On Papua menjadi perbincangan hangat warganet karena telah terjadi perampasan tanah adat di Papua tepatnya di Boven Digoel.
Demi kenikmatan yang hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang saja, mereka rela membabat hutan yang luasnya 36.094 hektar setara dengan setengah kota jakarta. Hal demikian lah yang membuat tagar All Eyes On Papua mencuat di sosial media.
Tagar All Eyes On Papua bertujuan untuk membantu masyarakat adat Awyu dan Woro yang tentunya bertempat tinggal di hutan Boven Digoel Papua dan terkena imbas akibat proyek perkebunan sawit tersebut.
Polemik ini bermula dimana hutan yang menjadi tempat tinggal adat suku Awyu,Woro dan suku-suku lainnya, tempat dimana mereka mencari makan dan menjalani kehidupan lainnya. Kini akan menjadi perkebunan sawit yang akan merusak ekosistem hutan mereka.
Rencana garapan kebun sawit seluas 36.094 hektar oleh PT Indo Asiana Lestari dikabarkan telah memiliki izin dari pemerintah setempat. Dengan adanya hal ini, pemerintah setempat dinilai tidak memiliki rasa empati terhadap masyarakat adat yang mendiami wilayah tersebut.
Dengan adanya kabar tersebut, dilansir dari Greenplace salah satu perwakilan adat yaitu Hendriks Woro melayangkan gugatannya di pengadilan tata usaha Jayapura pada Kamis (10/8/23).
Tetapi, sayangnya gugatan tersebut dimenangkan oleh pihak perusahaan. Kini langkah terakhir yang bisa dilakukan untuk mencegah proyek tersebut berjalan adalah mengajukan gugatan di Mahkamah Agung.
Pada Senin (275/24) ikatan mahasiswa Papua bersama suku Awyu dan Moi melakukan aksi damai di depan gedung MA dengan mengenakan pakaian adat dan melakukan tarian khas adat mereka.
Pada aksi damai tersebut diisi dengan ritual adat dan doa bersama. Pada aksi ini, mereka berharap agar MA dapat memberikan putusan untuk tetap menjaga hutan mereka dan membatalkan aksi pembukaan lahan sawit. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: