Dari Seba Sampai Paculan, Beragamnya Tradisi Adat Banten, Anak Muda Pasti Baru Tau

Dari Seba Sampai Paculan, Beragamnya Tradisi Adat Banten, Anak Muda Pasti Baru Tau

Potret Suku Baduy yang Melakukan Seba--freepik

INFORADAR.ID - Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat kaya akan tradisi dan budaya. Di Indonesia, banyak tradisi yang diwariskan dan masih dipertahankan hingga saat ini, salah satunya adalah daerah Banten.

Upacara adat Banten sangat beragam dan unik. Bahkan, setiap upacara adat Banten memiliki makna tersendiri.

Di bawah ini adalah upacara adat Banten yang masih banyak dilakukan hingga saat ini.

Seren Taun

Upacara adat Banten yang pertama adalah Seren Taun. Seren Taun, yang juga disebut Ngawalu, adalah upacara syukuran tradisional untuk panen.

Bentuk upacara ini berupa penyerahan padi dan hasil bumi lainnya untuk disimpan di lumbung padi desa. Acara ini biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di Desa Kenakes, Lebak, Banten. Menariknya, upacara adat ini sudah dilakukan sejak zaman Kerajaan Sunda Padjajaran. 

Seba

Ritual adat di Banten selanjutnya adalah Seba. Tradisi Seba ini dilakukan oleh suku Baduy, kelompok masyarakat yang dikenal mengisolasi diri dari dunia luar. Namun, ada saat di mana komunitas ini keluar dari wilayah mereka.

Selama upacara ini, masyarakat Baduy melakukan perjalanan dari desa Kenakes di Lebak menuju Serang, Banten. Bagi suku Baduy, tradisi Seba ini merupakan warisan leluhur dan dilakukan setiap tahun. 

Perjalanan ini biasanya dilakukan setelah panen ladang. Tujuan dari upacara Seba ini adalah untuk mempersembahkan hasil panen kepada bupati dan kepala pemerintahan setempat.

Ngolotkeun

Dalam bahasa Indonesia, Ngolotkeun berarti persembahan. Upacara adat Banten ini merupakan adat yang harus dilakukan oleh calon pengantin sebelum mereka memutuskan untuk menikah.

Yang unik dari upacara adat Ngolotkeun ini adalah upacara ini dilakukan oleh calon pengantin wanita. 

Tidak seperti di daerah lain di Indonesia, di Banten calon pengantin wanitalah yang berhak memilih dan melamar pasangannya. 

Untuk memenuhi tradisi ini, pihak wanita biasanya menunjuk seseorang untuk mengunjungi rumah calon mempelai pria. Hal ini tentu saja bertujuan untuk mendapatkan persetujuan dari pihak pria atas niatnya untuk melamar. Jika lamaran diterima, maka waktu pernikahan akan ditentukan.

Dalam tradisi Ngolotkeun ini, mereka juga membawa sebuah barang untuk diberikan kepada calon pengantin pria. 

Jika lamaran ditolak, calon pengantin wanita berhak membawa pulang hadiah tersebut sebagai simbol kegagalan Ngolotkeun.

Seserahan

Seperti upacara Ngolotkeun, Seserahan adalah upacara tradisional Banten lainnya yang tidak boleh dilupakan. Seserahan ini biasanya terdiri dari makanan, minuman, beras, pakaian, tebu wulung, uang receh dan pinang.

Pada upacara ini, pengantin wanita juga akan menemui pengantin pria. Upacara serah terima ini harus dilakukan sebelum maghrib, yang dimaksudkan untuk menolak bala. 

Setelah upacara selesai, kedua mempelai kembali ke rumah mempelai wanita untuk dikembalikan oleh keluarga mempelai pria.

Seserahan tersebut melambangkan rasa syukur wanita yang telah resmi menjadi suami istri dengan suaminya. 

Barang-barang yang dibawa dalam seserahan tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak karena masing-masing memiliki makna tersendiri. 

Misalnya, makanan, minuman, dan pakaian melambangkan bahwa setiap wanita siap melayani suaminya. Di sisi lain, bungkusan beras, uang receh, dan pinang melambangkan rasa cinta seorang wanita kepada pria yang akan menjadi suaminya. Biasanya diberikan dalam bentuk hadiah yang indah yang melambangkan rasa terima kasih wanita kepada suaminya.

BACA JUGA : Mengenal Sulah Nyanda Rumah Adat Suku Baduy yang Dibangun Tanpa Paku

Buka Pintu

Upacara adat Banten selanjutnya adalah Buka Pintu. Upacara ini merupakan kelanjutan dari seserahan dan kedua mempelai harus melakukan upacara buka pintu terlebih dahulu.

Dalam upacara ini, sementara pengantin pria menunggu di luar rumah, pengantin wanita masuk ke dalam rumah terlebih dahulu dan duduk menghadap pintu masuk.

Selain itu, pembatas kain ditempatkan di antara pengantin pria dan wanita sebagai ciri utama upacara buka pintu ini. 

Pengantin pria yang duduk di belakang kemudian menyanyikan yalil yang diiringi dengan rebana. Ketika nyanyian selesai, kain pembatas dibuka dan pengantin wanita dapat mencium tangan suaminya.

Ritual ini masih banyak dilakukan oleh penduduk kabupaten dan kota Serang. Kebiasaan ini melambangkan rasa hormat seorang wanita kepada suaminya dan keinginannya untuk menyambut suaminya dengan nyanyian yang indah sebelum memasuki rumah.

Huap Lingkung

Huap Lingkung adalah salah satu upacara adat Banten yang masih banyak dilakukan. Huap Lingkung adalah upacara adat di mana kedua mempelai duduk di atas tikar atau seprai dan diberi seteguk nasi punar oleh para tetua adat. 

Biasanya ada banyak sekali sesepuh yang disuap sebagai simbol cinta mereka kepada kedua mempelai.

Adat Huap Lingkung ini biasanya dilakukan pada saat resepsi pernikahan, sebelum para tamu dan sahabat datang untuk memberikan doa restu.

Ngeroncong

Upacara adat Banten yang terakhir adalah Ngeroncong. Upacara adat ini mirip dengan Saweran yang biasa dilakukan di Jawa Tengah. Bedanya, uang ngeroncong tidak dibuang, melainkan diletakkan di sebuah wadah setelah para tamu dan anggota keluarga menyambut kedua mempelai.

Uang ini merupakan bekal dari keluarga dan kerabat untuk kedua mempelai dalam memulai kehidupan baru mereka sebagai suami istri. 

Ngeroncong juga merupakan simbol restu dari kerabat dan keluarga kepada kedua mempelai. Secara etimologi, ngeroncong berasal dari bunyi yang ditimbulkan saat uang logam dimasukkan ke dalam wadah. Saat ini, ngeroncong mencakup uang kertas dan juga uang logam.

Paculan

Adat Paculan atau Sawer Pengantin adalah adat pernikahan di Provinsi Banten yang dilakukan untuk menghibur masyarakat atas kebahagiaan pasangan pengantin.

Tradisi Paculan biasa dilakukan di berbagai kabupaten di Provinsi Serang dan Pendeglang.

Tradisi Paculan atau Sawer Pengantin biasanya diadakan pada malam hari ketika pesta pernikahan hampir selesai.

Tradisi ini dimulai dengan para kerabat dan tetangga menggantungkan uang kertas yang diikat menjadi satu seperti kalung pada kedua mempelai.

Ada yang merekatkan uang kertas tersebut pada batang bambu yang dialasi daun pisang yang telah disiapkan di pelaminan, ada juga yang meletakkan uang tersebut di baskom yang diletakkan di atas meja di pelaminan.

Saat Paculan dilakukan, para tamu mengitari meja. Semakin banyak uang yang diberikan kepada kedua mempelai, semakin banyak pula mereka berputar mengelilingi meja.

Jumlah uang tersebut melambangkan bahwa kedua mempelai akan mampu menafkahi diri mereka sendiri saat menikah nanti.

Demikian Upacara Adat yang dimiliki Banten. Apakah kamu ada yang baru mengetahui tradisi – tradisi ini?(*)

BACA JUGA : Mengenal Nasi Gonjleng, Nasi Kebulinya Wong Banten

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber