Cegah Kalangan Menengah Atas Berobat ke LN, 150 Dokter Dilatih Tangani Masalah Kandungan
Sedikitnya 150 dokter dari seluruh Indonesia mendapat pelatihan/ketrampilan menangani masalah kandungan dan kelainan janin dari RSAB Harapan Kita di Jakarta. Foto: Laman Ditjen Pelayanan Kesehatan, Kemenkes -----
JAKARTA, INFORADAR.ID – Untuk makin meningkatkan ketrampilan dokter dalam negeri dalam menghadapi masalah kandungan dan kelainan janin, 150 dokter dari seluruh Indonesia mendapat pelatihan dari Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, JAKARTA.
Tujuan lainnya, agar kemampuan dokter di Tanah Air makin meningkat dan dipercaya oleh warga lapisan menengah atas sehingga mereka tidak perlu lagi berobat ke luar negeri.
Terkait hal itu, RSAB Harapan Kita, membagikan pengetahuan dan keterampilan kepada dokter kebidanan dan kandungan di Tanah Air melalui acara simposium The 3rd Indonesian Fetal and Reproductive Medicine (Ina Farm) 2022.
Acara yang diikuti 150 dokter dari seluruh Indonesia ini berlangsung di Pullman Hotel Central Park, Jakarta.
“Kami ingin kemampuan dokter di Tanah Air makin meningkat dan dipercaya oleh warga lapisan menengah sehingga mereka tidak perlu lagi berobat ke luar negeri,” kata Direktur Utama RSAB Harapan Kita, dr Ockti Palupi Rahayuningtyas, MPh, MH.Kes sebagaimana dikutip dari laman Ditjen Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Rabu, 16 November 2022.
Di dalam simposium yang mengambil tema “Facts and Beyond: Fertility and Fetal Programing” terjadi tukar menukar informasi tentang kemajuan ilmu dan pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak.
RSAB Harapan Kita yang berdiri pada 22 Desember 1979 telah dipercaya Kementrian Kesehatan menjadi Rumah Sakit Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional (pada 2019) dan Rumah Sakit Pendidikan (pada 2016). Klinik Melati yang berdiri pada 1987, merupakan klinik bayi tabung pertama di Indonesia. Ockti berharap kolaborasi antar dokter dan rumah sakit di Indonesia terus diperkuat sehingga makin meningkatkan kepercayaan masyarakat. Selain itu, ujarnya, meningkatkan nama Indonesia di dunia internasional.
Kementerian Kesehatan memiliki program 9 penyakit prioritas yang mendapat perhatian besar. Yaitu penyakit jantung, kanker, stroke, penyakit yang menyebabkan kematian ibu dan anak, infeksi, TB, DB dan penyakit hepar. “RSAB Harapan Kita berperan untuk mengurangi penyakit yang menyebabkan kematian ibu dan anak-anak,” ujar Ockti.
Jumlah pasangan subur di Indonesia saat ini sekitar 42 juta pasangan. Akan tetapi, ada 4,2 juta pasangan yang memiliki kasus infertilitas atau kemandulan. Selain itu juga ada peningkatan kasus-kasus kelainan kromosom janin, gangguan pada kehamilan kembar, dan komplikasi pada ibu yang hamil. Terutama preeklamsia yang menjadi salah satu penyebab kematian dan sakit ibu dan janin yang tinggi.
“Para ahli ilmu obstetri ginekologi dan dosen senior di RSAB Harapan Kita membagikan pengetahuan dan keterampilannya kepada peserta,” kata Ketua Panitia Ina Farm 2022, Dr. dr. Agus Supriyadi, Sp.O.G, Subsp.F.E.R, Mkes, MPH. Para peserta adalah dokter kebidanan dan kandungan dari rumah sakit di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Medan, Pekanbaru, Palembang, Lampung, Berau, Nunukan, dan Papua.
Peserta mendapat informasi dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini great obstetrics syndrome, simulasi fetoscopy, simulasi amnioreduction-amnioinfution, simulasi fetal shunting. Selanjutnya, simulasi cordocentesis-intrauterine transfusion, mengelola kehamilan kembar, trimester pertama fetal echocardiography, scan anomaly terinci, intervensi fetal, pengelolaan dan strategi baru di dalam endometriosis dan PCOS, dan sperm preparation, step by step transvaginal ultrasound, dan IUI procedure.
Dokter senior RSAB Harapan Kita yang menjadi pelatih antara lain Didi Danukusumo, Agus Supriyadi, Irvan Adenin, Gatot Abdurrazak, Sadina Pramuktini, Adhi Pribadi, Aditya Kusuma, Novan Satya Pamungkas, Sudirmanto, Hadi Sjarbaini, Gde Suardana, Mohammad Haekal, dan Aidrus Muthalib. Nara sumber lainnya adalah Prof. Dr. Noroyono Wibowo, Prof. Dr. Budi Wiweko, Prof Dr Wiryawan Permadi, dan Prof Dr Tono Djuwantono.
Editor: M Widodo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: