Kisah Ratu Nilakendra, Raja Pajajaran Penganut Sekte Sesat yang Ditaklukkan Sultan Banten

Kisah Ratu Nilakendra, Raja Pajajaran Penganut Sekte Sesat yang Ditaklukkan Sultan Banten

Foto: Tangkapan layar Radarmajalengka--

Ketika berkuasa Ratu Nilakendra atau Tohaan Dimajaya juga tidak lebih baik. Dia cenderung mementingkan diri sendiri. Bahkan terjerumus dalam aliran mistis keagamaan Tantra.

Aliran ini melakukan meditasi dengan menghubungkan simbol Yoni dan Lingga. Atau hubungan intim antara laki-laki dan perempuan. Semacam ritual persetubuhan. 

Sang raja dikisahkan terlalu asyik dengan dirinya sendiri. Bahkan di saat rakyat Sunda kelaparan, dia malah memperindah kawasan keraton.

Di masa pemerintahannya, dilakukan pembangunan taman-taman dengan jalan yang terbuat dari batu. Kemudian istana dipasangi jimat yang diyakini sebagai tolak bala. Ratu Nilakendra juga memasang simbol bendera yang diyakini bisa membuat musuh takut.

Dia begitu yakin, Kerajaan Pajajaran tidak akan diserang musuh, karena sudah ketakutan terlebih dahulu. Di sisi lain, kerajaan saat itu sedang mendapatkan serangan dari Kesultanan Banten. Bendera jimat yang dieluk-elukan Ratu Nilakendra ternyata tidak bertuah.

Pasukan Kesultanan Banten yang datang menyerbu tidak takut sama sekali. Akibatnya Kerajaan Pajajaran kalah perang. Karenanya, Ratu Nilakendra disebut saat berkuasa malah keluar dari keraton. Bahkan sudah tidak tinggal lagi di istana.

“Alah pangrang, maka tan nitih ring kadatwan,” demikian dikisahkan. (Kalah perang, maka ia tidak tinggal di keraton).

Serangan dari Kesultanan Banten ke Pakuan Pajajaran ketika itu dipimpin Maulana Yusuf yang merupakan putra dari Sultan Hasanudin, sultan pertama Banten. 

Pada akhirnya, Ratu Nilakendra hidup dalam pelarian. Sementara Pakuan Pajajaran tidak lagi memiliki raja.

Penguasa di ibu kota Kerajaan Sunda itu, dikendalikan oleh masyarakatnya sendiri dan prajurit yang tinggal di dalam keraton.

Dikisahkan bahwa sosok Raja Pajajaran itu, kemudian meninggal dunia dalam pelariannya. Sementara penerusnya yakni Raga Mulya atau Prabu Surya Kencana, juga tidak bertakhta di Pakuan Pajajaran.

Sejumlah versi beredar, Prabu Surya Kencana lari ke Banten. Namun, ada juga yang menyebut ke Gunung Salak untuk menyusun kekuatan dan melakukan serangan balasan kepada Kesultanan Banten.

Raga Mulya atau yang berjuluk Prabu Surya Kencana yang bertakhta pada 1567 sampai dengan 1579 M. Tanpa sempat menyusun kekuatan serangan balasan.

Kerajaan Pajajaran pun runtuh. Meski disebut penyebabnya adalah serangan Kesultanan Banten, namun sesungguhnya penurunan Pakuan Pajajaran sudah dirasakan sejak era Ratu Sakti, yang kemudian diteruskan Ratu Nilakendra. 

Berita ini sudah tayang di radarmajalengka.com dengan judul: Ratu Nilakendra, Raja Pajajaran Penanda Kemerosotan Kerajaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: