Kisah Anak Kambing dan Induknya, Preman yang Ingin Taubat dan Suami-Istri yang Ikhlas Rawat Ibu Mertua

Kisah Anak Kambing dan Induknya, Preman yang Ingin Taubat dan Suami-Istri yang Ikhlas Rawat Ibu Mertua

Ahmad Choiran.-Tangkapan layar website PTA Bandarlampung-

INFORADAR.ID - Banyak kisah menginspirasi yang dapat dijadikan pelajaran untuk menjalani kehidupan. Kali ini, Drs Ahmad Choiran, SH, MH, pada acara yang digelar oleh Pengadilan Tinggi Agama, Bandarlampung menyampaikan tiga kisah inspiratif. 

Kisah inspiratif pertama adalah tentang cerita anak kambing dan induknya. Kisah kedua tentang preman yang ingin bertaubat dan kisah inspiratif ketiga adalah soal keikhlasan suami istri yang merawat ibu mertua. 

1. KISAH PERTAMA

Alkisah seorang anak kambing bertanya kepada induk kambingnya, "Mengapa kita tidak memiliki nama khusus seperti manusia?" tanya anak kambing. 

Sang induk menjawab, "Tenang nak, perbedaan kita dengan manusia, kita akan memiliki nama setelah kita mati. Yakni nama makan olahan seperti kambing guling, sate kambing, tongseng, gulai dan lain sebagainya, setelah kita mati kita bermanfaat. Sedangkan manusia, Ketika mereka mati hanya meninggalkan satu nama, yakni mayat," jawam induk kambing. 

Hikmah dari cerita ini yang dapat kita ambil adalah setiap manusia yang meninggal tanpa amal kebaikan, tidaklah berarti apa-apa. Mari kita berupaya selalu meningkatkan amal kebaikan yang akan dikenang oleh orang lain sepanjang masa. Oleh karena itu, kita harus memperbanyak amal kebaikan. Misalnya dengan membaca Al Quran dan bersedekah," tutur Ahmad Choiran. 

2. KISAH KEDUA

Cerita inspirasi kedua adalah tentang preman. Suatu ketika preman tersebut ingin bertobat dengan pergi ke suatu masjid. Namun pada saat ia shalat, si preman lupa untuk menon-aktifkan handphonenya. Sehingga berdering dengan sangat keras dan mengganggu kekhusyukan jamaah lainnya. 

Lanjut Ahmad Choiran, selesai solat, para jamaah masjid protes dan marah kepada preman tersebut. Jamaah menilai, si preman tidak mengerti tentang adab dan peraturan masjid. Preman itu diam dan mengakui kekhilafannya. Hanya saja, dalam hatinya menilai, orang-orang di masjid tidak ramah kepadanya. Dan cenderung menghakimi. Ia akhirnya tidak mau lagi pergi ke masjid. 

Di hari selanjutnya ia pergi ke sebuah kafe, tanpa sengaja ia memecahkan piring yang berisi sajian. Ia meminta maaf, namun tanpa diduga pelayan café tetap melayaninya dengan ramah dan sama sekali tidak menunjukkan kemarahannya.

Hikmah dari cerita ini, kata Ahmad Choiran, adalah apakah orang yang rajin ke masjid akhlaknya tidak lebih baik dari pelayan café? Jangan sampai orang yang mengejar nilai ukhrowi tidak lebih baik dari orang yang mengejar nilai duniawi dikarenakan sifat dan akhlaknya yang tidak baik. "Orang baik dalam komunitas baik itu wajar. Namun orang baik di komunitas yang tidak baik itulah mutiara. Semoga kita bisa selalu menjaga sifat dan akhlakul karimah kita," lanjut Ahmad. 

3. KISAH KETIGA

Selanjutnya cerita inspirasi ketiga yakni cerita seorang sepasang suami istri yang mendapat amanah menjaga ibu dari suami di rumahnya. Sang ibu dengan kondisinya yang sudah tua dan kesehatan yang menurun, memiliki kelemahan tidak dapat melakukan buang hajat pada tempatnya dengan benar setiap harinya. Sehingga menambah beban pekerjaan rumah sang istri. Sang istri lalu berkeluh kesah kepada suaminya untuk dapat menitipkan sang ibu ke kakak iparnya. Namun usulan tersebut ditolak suami dan meminta istrinya untuk dapat bersabar dan ikhlas merawat mertuanya tersebut. 

Sungguh pilihan yang sangat sulit antara istri dan ibunya. Akhirnya mereka merawat sang ibu dengan sabar dan ikhlas, hingga berselang waktu kemudian mereka mendapat kabar bahagia. Kedua anaknya mendapatkan beasiswa, dan kakak mereka memberikan uang pengobatan yang cukup besar untuk pengobatan dan kehidupan mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: