Tetangga Baru

Tetangga Baru

--

Di kompleks ini hanya ada tiga anak yang berusia sama dengan aku. Zia, Ega dan Bara. Terkadang, kami berempat bermain bersama, tapi aku dan Zia lebih suka tanpa kedua anak lelaki itu. Anak lelaki suka jahil. 

Ketika aku tahu bahwa ada penghuni baru yang juga anak perempuan, aku senang sekali. Bakal menjadi tambahan kekuatan untuk melawan keusilan anak lelaki jahil, pikirku.

Pagi ini aku bersemangat sekali, aku akan berkenalan dengan tetangga baru, begitu rencanaku sebelum bertemu Zia. Rumahnya berada satu blok dengan Zia, tepatnya tiga rumah sebelumnya. 

Tiba di depan, aku melihat seorang anak duduk termenung, di bawah pohon Kamboja yang sedang berbunga. Mukanya muram. "Apa dia tetangga baru itu?" Batinku. Ragu-ragu aku berjalan menghampirinya.

"Hai," sapaku sembari menghampirinya. Aku kemudian menyodorkan tangan mengajaknya bersalaman, "aku Diana," Kataku. Ia hanya menoleh ke arahku. Tampaknya ia sangat sedih. 

Aku mencoba mencairkan suasana dengan membuka obrolan untuk menghiburnya. "Sudah, jangan sedih," sambil menepuk pundaknya. "Dulu saat aku mati pun, hari-hari pertama memang sangat berat. Tapi nanti kamu juga akan terbiasa." Kataku menyemangatinya. "Tenang saja, di Kompleks Pemakaman ini semuanya baik, kok. Oh iya, kalo boleh tau kamu mati kenapa?" Tanyaku.

Penulis: Azhar Qodrat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait