Disway Award

Modal Sosial Joko Widodo ala Konsep Pierre Bourdieu

Modal Sosial Joko Widodo ala Konsep Pierre Bourdieu

Potret Ahmad Sihabudin--

Oleh Ahmad Sihabudin

INFORADAR.ID - Menguak bahwa Presiden VII Republik Indonesia memiliki sebuah “modal sosial” yang sangat tinggi sampai hari ini, masih menjadi perhatian berbagai kalangan, terutama lawan politik, oposan, dan tentunya masyarakat Indonesia yang terus menerus bersilaturahmi ke rumahnya. 

Dalam  terminology  Sosiolog Prancis Pierre Bourdieu, ada beberapa jenis modal yang dapat dimiliki seseorang (tokoh), figure public. Bourdieu dalam bukunya yang berjudul The Forms of Capital, salah satunya adalah “modal sosial”. Istilah “modal” sendiri digunakan Bourdieu untuk memetakan hubungan-hubungan kekuatan dan kekuasaan dalam masyarakat.

Dalam pemikiran Bourdieu, modal sosial merupakan properti individual, bukan kolektif, yang bersumber dari status sosial seseorang. Modal sosial ini dapat dimanfaatkan untuk memperoleh kekuasaan atas sekumpulan orang atau individu yang menguasai sumber daya. 

Lebih lanjut, Bourdieu mengatakan bahwa modal sosial tidak tersedia secara alamiah bagi semua orang. Itu, hanya dapat diakses oleh mereka yang berusaha memperolehnya dengan mencapai posisi kekuasaan dan status dengan mengembangkan niat baik, dan dirasakan oleh khalayak masyarakat Indonesia.

Selain itu, bukan rahasia jika secara sosiologi politik, karakteristik masyarakat Indonesia cenderung menempatkan Presiden VII, sebagai patron dalam kehidupan sosial. Meskipun sosoknya saat ini sebagai mantan Presiden, tetapi banyak membuat cemburu buta  para lawan politiknya, Jokowi masih disayang pendukung, sebagian besar rakyat Indonesia sampai saat ini. 

Kemanapunnya berpaling masih menjadi media darling sesungguhnya. Terlepas ada yang nyinyir padanya, karena penyinyir itu sesungguhnya cemburu, iri, dan dengki pada sosok Presiden VII.

Sampai hari ini kediaman Jokowi masih ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah, bahkan para diaspora yang tinggal di beberapa negara rela mengantri untuk jumpa bertemu langsung, untuk sekedar meyampaikan salam sehat, dan berfoto bersama Presiden VII.

Ini merupakan modal sosial yang sangat tinggi yang dimilikinya, realitas di depan mata, bukan direkayasa. Presiden VII menjadi karismatik karena perannya sebagai perantara budaya atau cultural broker yang mewakili wong cilik, yang berangkat dari kesederhanaan berpolitik, hanya ingin membangun kota tercintanya, Solo, ya membangun lahir batin Surakarta. 

Bourdieu juga mengaitkan modal sosial dengan jenis modal lainnya, seperti modal ekonomi, modal budaya, dan modal simbolik. Modal sosial dapat digunakan untuk mendapatkan keuntungan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan politik. 

Membangun dengan penuh rasa, sifat humanis Jokwi, yang kemudian menjadi pusat perhatian politik nasional selanjutnya. Pembaca dapat membuka lembar demi lembar jejak yang sudah dilakukannya saat menjadi Gubernur DKI Jakarta, dan dua periode sebagai Presiden Republik Indonesia (saya tidak akan mengulasnya).

BACA JUGA:Presiden Joko Widodo Minta Kementrian dan Pemerintah Berhenti Buat Aplikasi Baru, Ini Alasannya

 Oleh karena itu, peran Presiden VII dalam kontestasi Pemilhan Umum apakah pemilihan calon anggota Legislatif, Kepala Daerah, maupun Presiden 2024 kemarin sangat strategis dapat menjadi media pemersatu pendukung loyalisnya, pendukung rival politiknya dua periode lalu. Bersatu mendukung pasangan yang saat ini memerintah.

Berikut adalah beberapa poin penting mengenai modal sosial yang dimiliki Presiden VII, dalam konsep Bourdieu Jokowi pertama, memiliki  “Sumber daya yang tertanam dalam jaringan sosial”, ia memiliki akses dan penerimaan yang sangat tinggi pada sumber daya melalui jaringan tersebut. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: