Indonesia Jadi Korban Penipuan Loker Tertinggi di Asia Pasifik
Ilustrasi: Indonesia jadi korban penipuan loker-Jopwell-Pexels.com
Amnesty International melakukan riset selama 18 bulan di Kamboja dan menemukan ribuan korban perdagangan manusia, di mana sebagian besar di antaranya merupakan WNI.
Modusnya kerap dimulai dari tawaran kerja sebagai admin hotel di Thailand atau Singapura dengan janji gaji tinggi, tetapi para korban justru dijebak dan dieksploitasi di Kamboja.
Pekerja Indonesia Sangat Rentan
BPS mencatat per Februari 2025 ada 86,56 juta pekerja Indonesia yang berada di sektor informal. Jumlah besar ini membuat banyak masyarakat rentan menjadi sasaran lowongan kerja palsu.
Sindikat penipu lintas negara memanfaatkan kondisi tersebut untuk merekrut pekerja dari negara-negara dengan situasi serupa seperti Indonesia, Filipina, Nepal, dan Bangladesh.
Lowongan Kerja Penipuan Juga Terjadi Secara Offline
Ketua Asosiasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (Aspirasi), Mirah Sumirat, mengungkap bahwa di luar platform resmi seperti Seek, praktik penipuan lowongan kerja masih marak di Indonesia dan bahkan dilakukan secara offline di kawasan industri.
Para korban umumnya dijanjikan pekerjaan di pabrik besar berskala nasional maupun internasional. Namun kenyataannya, mereka justru ditempatkan di lokasi berbeda dengan upah jauh lebih rendah.
Lemahnya Perlindungan Tenaga Kerja
Lemahnya perlindungan tenaga kerja, kurangnya sosialisasi literasi digital, serta lemahnya penegakan hukum disebut menjadi faktor mengapa penipuan lowongan kerja mudah beredar, baik secara online maupun offline.
Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi, menegaskan pentingnya peran negara dalam menindak kasus-kasus semacam ini. “Pemerintah harus tegas dalam menyelesaikan persoalan ini. Negara perlu hadir secara lebih terstruktur untuk melindungi para pencari kerja dari kejahatan yang memanfaatkan harapan dan kerentanan mereka,” ujarnya setelah menerima laporan resmi dari Seek pada Rabu (26/11).
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
