Disway Award

Ini 7 Daerah dengan Kawasan Kumuh di Banten Terluas, Ternyata Bukan Hanya Lebak

Ini 7 Daerah dengan Kawasan Kumuh di Banten Terluas, Ternyata Bukan Hanya Lebak

Ilustrasi warga kelas bawah-Pinterets/parboaboa-

INFORADAR.ID - Kawasan kumuh di Banten masih menjadi masalah serius meski provinsi ini dikenal sebagai gerbang ekonomi Jawa dan pusat proyek strategis nasional.

Ribuan masyarakat masih tinggal di permukiman yang jauh dari standar layak huni, mencerminkan adanya ketimpangan pembangunan yang jelas.

Fenomena kawasan kumuh di Banten menuntut pendekatan menyeluruh, tidak hanya memperbaiki fisik bangunan, tetapi juga memperkuat sistem lingkungan dan peluang ekonomi agar masalah ini tidak muncul kembali.

Menurut data Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) Banten, sekitar 483.875 jiwa tinggal di area kumuh.

Hal ini menjadikan penanganan kawasan kumuh di Banten sebagai prioritas pemerintah.

Berikut tujuh wilayah kawasan kumuh di Banten dengan luas kawasan kumuh terbesar.

BACA JUGA:Terungkap! Tes DNA Ridwan Kamil dan Anak Putri Lisa Mariana: Tidak Memiliki Kecocokan DNA

BACA JUGA:Roche Lolos Grand Final CoC Season 2, Yuk Intip Biodatanya

1. Kabupaten Lebak (1.233,98 Hektare)

Lebak menempati posisi pertama dengan luasan kawasan kumuh mencapai 1.233,98 hektare, hampir separuh dari total kawasan kumuh di Banten.

Banyak permukiman padat dan akses infrastruktur yang terbatas, termasuk jalan, sanitasi, dan fasilitas umum.

Penataan wilayah ini menjadi prioritas utama pemerintah karena dampaknya langsung terhadap kesejahteraan warga.

2. Kabupaten Tangerang (845,56 Hektare)

Meskipun berada dekat ibu kota dan dikelilingi kawasan industri, Kabupaten Tangerang memiliki kawasan kumuh seluas 845,56 hektare.

Permukiman kumuh di sekitar pabrik dan perumahan padat menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak selalu sejalan dengan kualitas hidup warga. Tantangan meliputi sanitasi, kepadatan hunian, dan akses air bersih.

3. Kabupaten Serang (252,75 Hektare)

Kabupaten Serang memiliki luas kawasan kumuh 252,75 hektare, terutama di dekat pusat pemerintahan dan kawasan industri.

Masalah utama termasuk hunian padat, fasilitas umum terbatas, dan kesenjangan akses pendidikan dan kesehatan.

Penataan perlu dilakukan secara menyeluruh dengan menggabungkan perbaikan infrastruktur fisik dan peningkatan kapasitas ekonomi warga.

BACA JUGA:Tolak Sampah dari Luar di TPA Bangkonol, Warga Pandeglang Turun Demo Membawa 1 Truk Sampah

BACA JUGA:Rebo Wekasan 2025 Jatuh pada 20 Agustus, Inilah Makna dan Tradisi yang Masih Dilestarikan

4. Kabupaten Pandeglang (110,69 Hektare)

Pandeglang, bersama Lebak, merepresentasikan wilayah selatan yang masih tertinggal.

Kawasan kumuh 110,69 hektare menunjukkan bahwa potensi pariwisata yang besar belum sepenuhnya meningkatkan taraf hidup warga lokal. Banyak rumah semi permanen dengan akses listrik dan air bersih terbatas.

Penataan wilayah harus selaras dengan pengembangan ekonomi lokal agar hasilnya berkelanjutan.

5. Kota Serang (71,48 Hektare)

Kota Serang memiliki kawasan kumuh 71,48 hektare, tersembunyi di antara gedung pemerintahan dan pusat bisnis.

Area ini sulit terdeteksi, sehingga distribusi bantuan dan program perbaikan infrastruktur menjadi tantangan.

Fokus penataan harus menyasar area padat dan rawan risiko sosial dan lingkungan.

6. Kota Cilegon (22,41 Hektare)

Cilegon, kota industri dan baja, memiliki kawasan kumuh seluas 22,41 hektare. Kepadatan hunian, sanitasi terbatas, dan polusi dari aktivitas industri menjadi tantangan utama.

Walaupun lebih kecil dibanding daerah lain, keberadaan kawasan kumuh ini menandakan bahwa pertumbuhan industri besar tidak otomatis menyelesaikan persoalan permukiman warga.

7. Kota Tangerang Selatan (8,68 Hektare)

Tangsel mencatat luas kumuh terkecil, 8,68 hektare. Citra kota modern berhasil menata wilayah, tetapi masih ada area kumuh di titik padat penduduk.

Masalah biasanya terkait tingginya harga tanah, sehingga warga berpenghasilan rendah kesulitan memperoleh hunian layak.

Hal ini menekankan pentingnya kebijakan perumahan inklusif di kota modern.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: