Kumpul Kebo Jadi Gaya Hidup? Fenomena Ini Makin Marak di Indonesia Timur
Ilustrasi terkejut -Beti GenRB-
Lebih mirisnya lagi, anak-anak hasil dari kumpul kebo sering kali kena stigma.
Mereka bisa dianggap “nggak sah”, jadi bahan omongan tetangga, bahkan ditolak oleh keluarga besar.
Ini bisa memengaruhi tumbuh kembang anak, juga bikin mereka merasa tidak punya tempat di lingkungan sosial.
BACA JUGA:5 Lagu OST Film Sore Istri dari Masa Depan yang Paling Bikin Haru, dari Sheila On 7 hingga Barasuara
BACA JUGA:Transaksi QRIS Meroket Tajam, Pantas AS Merasa Terancam
Banyak Konflik, Minim Komitmen
Dari hasil pendataan yang sama, Yulinda juga menemukan bahwa pasangan kumpul kebo lebih rentan mengalami konflik:
- Hampir 70% pernah terlibat cekcok atau konflik verbal
- Sebagian bahkan mengalami pisah ranjang
- Dan ada yang sampai mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
Minimnya komitmen bikin hubungan jadi gampang goyah. Begitu ada masalah, tidak sedikit yang memilih bubar tanpa ada tanggung jawab yang jelas.
Kumpul kebo mungkin terlihat lebih bebas dan nggak ribet, tapi risikonya bisa panjang.
Buat kamu yang sedang mempertimbangkan gaya hidup ini, coba pikirkan ulang. Kadang yang kelihatannya simpel di awal, justru menyisakan masalah di belakang.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
