IPK dan Dunia Kerja: Mengapa Nilai Tinggi Tak Selalu Jadi Kunci Karier?
Ilustrasi susah mendapatkan kerja padahal IPK besar-Pinterest/Freepik-
INFORADAR.ID - Selama ini, banyak mahasiswa berpikir bahwa IPK tinggi dan dunia kerja berkaitan penting, otomatis akan membuka jalan menuju karier impian.
Tak sedikit lulusan berprestasi justru kesulitan memperoleh pekerjaan karena kurangnya pengalaman langsung atau kemampuan non-akademis yang dibutuhkan industri.
Naat dihadapkan pada kenyataan dunia kerja, anggapan itu sering kali tidak terbukti, IPK dan dunia kerja ternyata tidak selalu berjalan beriringan.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Dalam lingkup global, perusahaan mulai mempertimbangkan hal-hal di luar transkrip nilai. IPK dan dunia kerja kini berada dalam konteks yang berbeda dibandingkan satu dekade lalu.
Seperti dilansir Forbes, hasil survei dari National Association of Colleges and Employers (NACE) menunjukkan bahwa perusahaan yang menyeleksi pelamar berdasarkan IPK menurun drastis, dari 73% pada 2018 menjadi 37% pada 2023, meskipun naik sedikit di 2025 menjadi 46,4%.
Ini menegaskan bahwa IPK dan dunia kerja semakin dipengaruhi oleh faktor kompetensi praktis.
BACA JUGA:Tiga Jurus Prabowo Atasi Kemiskinan: Sekolah Rakyat, Layanan Kesehatan Pelajar, dan Koperasi Desa
BACA JUGA:Jangan Terjebak! Modus Penipuan Paket Palsu di Belanja Online Shopee
IPK dan Dunia Kerja: Kini Bukan Lagi Ukuran Utama
Saat ini, banyak perekrut lebih tertarik pada pelamar yang memiliki rekam jejak di luar bangku kuliah. Pengalaman magang, kegiatan organisasi, dan kemampuan bekerja dalam tim menjadi hal-hal yang lebih diprioritaskan. IPK tetap dihargai, namun bukan satu-satunya acuan dalam proses seleksi.
Pengalaman Lapangan Dianggap Lebih Relevan
Lulusan yang aktif dalam kegiatan non-akademik cenderung memiliki keunggulan saat melamar kerja. Mereka dinilai lebih siap menghadapi tantangan di dunia profesional.
Ini memperkuat fakta bahwa IPK dan dunia kerja tidak selalu memiliki korelasi kuat, terutama di sektor swasta dan industri kreatif.
Sebagai contoh, Bahlil Lahadalia berhasil mencapai posisi penting meski IPK-nya tidak tinggi. Ia membuktikan bahwa pengalaman, kerja keras, dan jaringan bisa menjadi faktor penentu kesuksesan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
