Sementara itu, kereta terakhir berangkat dari Rangkasbitung pukul 16.00 WIB dan sampai di Labuan sekitar pukul 18.24 WIB. Jadwal ini menunjukkan betapa tertatanya sistem transportasi kala itu.
4. Stasiun Labuan Jadi Pusat Aktivitas
Antara 1950 hingga 1953, Stasiun Labuan tercatat sebagai yang paling ramai. Rata-rata setiap tahun melayani lebih dari 136 ribu penumpang dan mengangkut hampir 7 ribu ton barang.
Angka ini menggambarkan besarnya peran jalur tersebut dalam menunjang perekonomian Banten.
5. Angkut Komoditas Utama ke Batavia
Selain untuk penumpang, jalur Rangkasbitung-Pandeglang juga berfungsi sebagai jalur logistik.
Garam dari gudang di Labuan serta hasil tangkapan ikan dari pesisir Pandeglang rutin dikirim ke Batavia (Jakarta). Dengan kereta, waktu tempuh lebih singkat dan biaya angkut jauh lebih murah.
BACA JUGA:Penetapan Puasa Ramadhan 2026 Versi Muhammadiyah Dan NU
BACA JUGA:Saingan iPhone 17, Cek Harga dan Spesifikasi Xiaomi 17 Series yang Baru Dirilis 2025
6. Operasi Berhenti pada 1982
Setelah melayani masyarakat selama 76 tahun, jalur ini akhirnya berhenti beroperasi pada 1982. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 1984, jalur resmi ditutup.
Meski demikian, sisa-sisa peninggalan masih bisa ditemukan, seperti stasiun tua peninggalan Belanda dan corong air untuk lokomotif uap yang tetap berdiri kokoh.
7. Reaktivasi Dimulai Tahun 2026
Rencana menghidupkan kembali jalur ini kini mendapat kepastian. Kementerian Perhubungan bersama PT Kereta Api Indonesia menargetkan penertiban lahan lama dimulai pada 2026 sebelum masuk ke tahap pembangunan fisik.
Kepala Dishub Banten, Tri Nurtopo, menegaskan bahwa proses ini bukan pembebasan lahan baru, melainkan pengembalian aset negara yang sempat dipakai warga.
Dengan konfirmasi tersebut, peluang masyarakat untuk kembali menikmati perjalanan kereta di jalur legendaris ini tinggal menunggu waktu.