INFORADAR.ID - Di tengah derasnya kritik terhadap kebijakan serta tunjangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang dianggap tidak pro rakyat, perhatian publik kini bergeser pada fenomena munculnya DPR termuda di periode 2024–2029.
Kehadiran para anggota DPR termuda ini memunculkan perdebatan, antara apresiasi atas regenerasi politik atau justru kecaman karena dinilai hanya meneruskan tradisi politik dinasti.
Sorotan muncul karena dari delapan nama DPR termuda yang disebut sebagai wakil rakyat paling muda, tujuh di antaranya berasal dari keluarga politik.
Rekam jejak orang tua maupun kerabat yang lebih dulu duduk di kursi DPR, DPD, atau kepala daerah, menimbulkan dugaan kuat bahwa jalan mereka menuju parlemen tak lepas dari privilege keluarga.
"Nepotismenya kuat banget," komen akun @hepina**** dalam unggahan di akun TikTok @adysetia_ yang memposting jabatan serta rekam jejak orang tua dari 8 anggota DPR termuda.
Fenomena ini semakin menguatkan citra bahwa parlemen Indonesia rentan dikendalikan oleh dinasti politik.
Meski menuai kritik, sebagian kalangan menilai masuknya DPR termuda dapat menjadi peluang bagi politik Indonesia.
Dengan usia yang masih belia, mereka diharapkan mampu menghadirkan perspektif segar, mewakili aspirasi generasi muda, dan lebih dekat dengan isu-isu kekinian.
Namun pembuktian kinerja juga dibutuhkan, apakah mereka benar-benar hadir untuk rakyat atau sekadar melanjutkan tradisi keluarga.
Deretan Nama yang Jadi Perhatian
Beberapa nama yang masuk ke daftar DPR termuda ini di antaranya Larasati Moriska dari Kalimantan Utara yang dilantik di usia 22 tahun, Annisa Maharani Alzahra Mahesa dari Banten II, hingga Cerint Iralloza Tasya dari Sumbar.
Ada juga dr. Ratu Tenny Leriva, putri Gubernur Sumsel, serta Pinka Haprani, putri Ketua DPR RI Puan Maharani.
1. Larasati Moriska, S.Par
Tanggal lahir: Nunukan, 1 Januari 2002 (Dilantik usia 22 tahun 8 bulan)
Jabatan: Dapil Kalimantan Utara dengan 45.559 suara