INFORADAR.ID – Kesenian ondel-ondel petan wewe tidak hanya milik budaya Betawi, tetapi juga menjadi bagian berharga dari warisan seni di Serang.
Ondel-ondel petan wewe merupakan sebuah tradisi yang khas, di mana boneka besar berwarna-warni ini menjadi pusat perhatian dalam berbagai upacara adat dan perayaan masyarakat Serang.
Keberadaan ondel-ondel petan wewe Serang ini tidak hanya sekadar hiburan visual, tetapi juga sarat dengan makna simbolis yang dalam bagi komunitas lokal.
BACA JUGA:Faiz Fauzan, TikTokers Cover Musik Asal Serang yang Direpost Artis
BACA JUGA:Waroge: Doa Dalam Rupa, Benda Sakral Berisi Beragam Jampi dan Mantra Masyarakat Baduy
Peran ondel-ondel petan wewe tidak hanya terbatas pada upacara adat atau perayaan tradisional, tetapi juga telah menjadi bagian dari pariwisata lokal.
Dilansir dari Instagram @kebudayaanbanten.official, petan wewe berasal dari Bahasa Jawa Serang yaitu petaan yang artinya ciptaan, menyerupai atau seperti, sedangkan wewe adalah jenis jin yang berbadan raksasa.
Karena kebiasaan orang Serang berbicara cepat sehingga seringlah disebut petan wewe. Jika melihat sepintas, petan wewe ini akan teringat pada ondel-ondel khas Betawi. Namun ternyata setelah ditelusiri akan ditemukan banyak perbedaan.
Kesenian ini bermula dari seorang tokoh dari kampong Prisen, Serang Timur yang menjelajah ke Jelambar atau sekarang dikenal Jakarta Barat.
BACA JUGA:Rekomendasi 5 Tempat Sate Bandeng di Serang, Kalau Berkunjung ke Banten Jangan Lupa Mampir
BACA JUGA:Barista Asal Tangerang dan Jakarta Raih Juara The Surosowan Latte Art Competition Volume 3
Ia mendapatkan pengalaman dan ilmu bela diri pencak silat dari sana sampai mendapatkan kepala raksasa yang saat ini akhirnya menjadi hiburan dengan tetap mempertahankan nilai pencak silat.
Petan wewe itu memiliki nama masing-masing, yang laki-laki bernama Abdul Wahab dan perempuan bernama Fatimah.
Tradisi petan wewe ini biasa diadakan dalam acara pernikahan, mengarak pengantin sunat, memperingati HUT RI, atau menyambut tamu agung seperti Bupati, Camat, dan sebagainya.
Sebelum mengadakan perhelatan akbar, para pemain melakukan ritual seperti membaca Al-Fatihah sampai Al-Falaq berulang-ulang.