Nh Dini
Nh. Dini, disingkat Nurhayati Srihardini, lahir pada tanggal 29 Februari 1936 di Semarang, Jawa Tengah, anak kelima dari empat bersaudara.
Bakat sastranya mulai terlihat saat ia berusia sembilan tahun. Pada saat itu, ia menulis sebuah esai berjudul "Merdeka dan Merah Putih". Esai tersebut dianggap berbahaya bagi Belanda dan ayahnya harus berurusan dengan Belanda.
Nh Dini telah menerbitkan banyak karya dalam bentuk puisi, fiksi, dan terjemahan. Penghargaan yang pernah diraih antara lain: hadiah kedua untuk cerpen "Di Pondok Salju" di majalah Sastra (1963), hadiah lomba cerpen di majalah Femina (1980), hadiah pertama dalam lomba cerpen bahasa Perancis yang diselenggarakan oleh Le Monde dan Radio France International (1987).
Nh Dini juga menerima penghargaan Sepanjang Masa atau Lifetime Achievement Award pada pembukaan Ubud Writers and Readers Festival 2017.
BACA JUGA:6 Novel Romantis Indonesia Best Seller Bikin Baper dan Emosional
Leila Chudori
Leila Chudori bukanlah orang baru dalam dunia sastra Indonesia. Sejak usia 11 tahun, saat duduk di bangku kelas 5 SD, ia telah menerbitkan karya-karyanya di majalah.
Cerpen pertamanya yang berjudul "Pesan Sebatang Pohon Pisang" dimuat di majalah anak-anak Si Kuncung (1973). Sejak saat itu, ia memulai karir menulis dan menerbitkan karyanya.
Setelah lulus, ia mulai menulis cerpen-cerpen yang lebih serius dan dimuat di majalah sastra Horison, surat kabar Kompas Minggu.
Sebagai seorang wartawan, ia memenangkan South East Asian Write Award untuk novelnya yang berjudul Laut Bercerita. Hingga saat ini, ia telah menerbitkan tujuh novel dan kumpulan cerpen.
Djenar Maesa Ayu
Djenar Maesa Ayu, yang dikenal sebagai Nai, adalah seorang penulis berbakat yang lahir pada tanggal 14 Januari 1973 di Jakarta.
Nai berasal dari keluarga seniman. Nai mulai menulis setelah bertemu dengan banyak penulis termasuk Budi Darma, Seno Gumira Ajidarma dan Sutardji Calzoum Bachri.
Salah satu ciri khas karyanya adalah tema perempuan dan seksualitas. Karya pertamanya adalah sebuah cerita pendek bertema feminis, Lintah (2002), yang dimuat di majalah Kompas.
Buku berikutnya kumpulan cerpen Mereka Bilang Saya Monyet (2004). Buku ini telah dicetak ulang sebanyak delapan kali dan terpilih sebagai salah satu dari 10 buku terbaik dalam Kathulistiwa Literary Award 2003. Buku ini diterbitkan dalam bahasa Inggris.