INFORADAR - Film Budi Pekerti bercerita tentang Bu Prani, seorang guru bimbingan dan konseling (BK) yang telah menjadi legenda karena kiprahnya dalam menangani murid-murid bermasalah di sebuah sekolah menengah di Yogyakarta.
Film budi pekerti Dikenal karena perilakunya yang beretika, Bu Prani ditunjuk sebagai kepala sekolah yang baru. Namun, masalah muncul ketika sebuah video yang menunjukkan Bu Prani sedang marah-marah di pasar menjadi viral di situs jejaring sosial.
Film Budi Pekerti adalah representasi yang baik dari konflik yang merupakan bagian dari kehidupan modern. Kengerian media sosial yang menghancurkan kehidupan Bu Prani sebagai seorang guru dan bahkan keluarganya digambarkan dengan sangat indah melalui sebuah video berdurasi 20 detik. Isu-isu dalam film ini disajikan dengan cara yang sangat realistis, manusiawi dan emosional.
Masalah yang dialami Bu Plani dalam film ini juga merupakan masalah yang bisa kita alami. Jadi, sama seperti cara Bu Plani memperlakukan murid-muridnya, film ini berhasil membuat orang berpikir setelah menontonnya. Budhi Pekerti berhasil membuat kita lebih berhati-hati dalam bersikap di depan umum dan lebih bijak dalam menggunakan media sosial.
Namun, cara penggambaran konflik dalam film ini sangat mirip dengan Penyalin Cahaya. Oleh karena itu, naik turunnya konflik Bu Prani dan nasib akhirnya cukup mudah ditebak. Tidak jelas apakah cara bercerita seperti ini merupakan ciri khas Ulegas sebagai sutradara atau memang karena ceritanya yang terlalu realistis sehingga mudah ditebak.
BACA JUGA:Baru 5 Hari Tayang, Film Budi Pekerti Raih 17 Nominasi
Pemeran Budi Pekerti diisi oleh beberapa aktor terbaik tanah air. Para pemeran utamanya adalah Sha Ine Febriyanti sebagai Ibu Prani, Dwi Sasono sebagai suami Ibu Prani, Prilly Ratukonsina sebagai anak pertama Ibu Prani yang bernama Tita dan Anga Yunanda sebagai anak kedua Ibu Prani yang bernama Mukulas. Para pemeran utama juga melakukan pekerjaan yang baik dalam menyampaikan emosi karakter mereka kepada penonton.
Sha Ine Febriyanti melakukan pekerjaan yang baik sepanjang film sebagai Bu Pulani, yang menjadi semakin emosional ketika dia menyelesaikan masalahnya dan tidak ingin memperpanjangnya. Dawie Sasono juga berhasil memerankan kondisi bipolar di awal film dengan baik. Sementara itu, Prilley dan Angah juga berhasil dengan caranya sendiri dalam mengekspresikan kesedihan yang mereka rasakan ketika orang tua mereka mendapat masalah.
Film arahan Ulegas Banuteja ini memiliki visual yang menarik dan cerita yang simpatik. Terlebih lagi, Budi Pekerti kembali menghadirkan sejumlah simbol-simbol semiotik dalam gambar-gambarnya, yang tidak diragukan lagi menjadi keunikan tersendiri. Sayangnya, tidak seperti Penyalin Cahaya yang maknanya jelas, makna dari beberapa simbol ini tidak diperlihatkan dengan jelas selama film berlangsung
Namun, cara pengambilan gambar film ini membuat beberapa adegan terasa lebih dramatis. Begitu pula dengan musik dan soundtrack yang digunakan sepanjang film, membuat momen-momen di mana Bu Plani membuktikan bahwa ia tidak bersalah menjadi lebih emosional.
Meskipun Budi Pekerti adalah sebuah drama, film ini memiliki nuansa 'film horor' yang akan membuat Anda takut setelah menontonnya dan membuat Anda lebih berhati-hati dalam bersikap di depan umum dan di media sosial.
Film Budi Pekerti disebut-sebut sebagai salah satu film terbaik tahun ini, dan jika Anda tertarik, Anda bisa menyaksikannya di berbagai bioskop di Indonesia, yang ada di daerah anda.(*)