Beliau terkenal sebagai pemimpin perlawanan dalam Perang Cilegon, umumnya dikenal sebagai 'Geger Cilegon' pada tanggal 9 Juli 1888.
Dalam pertempuran ini Ki Wasid (panggilan akrabnya) gugur sebagai syahid pada tanggal 30 Juli 1888.
4. Birgjen KH Syam'un
Cucu Ki Wasid adalah pendiri Sekolah Tinggi Agama Islam Al Khairiyah di Citangkil Cilegon Banten.
Beliau adalah lulusan Al-Azhar Kairo Mesir dan komandan Batalion ke-99 Tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang menentang kekuasaan Belanda dan Jepang di Banten.
Kiai Syam'un lahir pada tanggal 5 April 1894 di Serang dan wafat pada tanggal 28 Februari 1949 di Kamasan, Cinangka, Serang.
5. KH Abdul Fatah Hasan
Kiai Fatah adalah Wakil Residen Serang yang bekerja dengan KH Syam'un dari tahun 1945 hingga 1949 dan dikenal sebagai murid KH Syam'un.
Beliau juga merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) dan KNIP dalam dokumen Risalah Sidang BPUPKI, halaman 364, yang diterbitkan oleh Setneg RI, mengungkap usulan Kiai Fatah untuk menghapus kata "untuk" dari awal Pasal 29 (sebelumnya Pasal 28) UUD 1945 dan mengesahkannya menjadi undang-undang.
Dalam sidang BPUPK, Kiai Fatah mengatakan, "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk yang memeluk agama lain untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya masing-masing".
Jadi itulah lima pahlawan nasional dai Banten yang tak lepas dari peran para ulama dalam kemerdekaan Indonesia.(*)