Namun, dia mengatakan bahwa seni ninja terletak pada kekuatan kejutan, bahwa dia tidak pernah menggunakan kekerasan atau kekuatan eksternal, tetapi menang dengan mengeksploitasi kelemahan, mengatasi lawan yang lebih besar dan lebih kuat dan mengalihkan perhatian mereka.
Dia juga mengatakan bahwa kemampuan untuk bersembunyi di tempat yang tidak terduga adalah senjata terbesar seorang ninja.
"Jika Anda melempar tusuk gigi, orang-orang akan melihat ke arah itu dan Anda memiliki kesempatan untuk melarikan diri," tambahnya. Ada juga pepatah yang mengatakan bahwa jika Anda hinggap di bulu mata musuh, Anda bisa lolos dari kematian.
Kawakami sekarang mengelola Museum Ninja Iga di Iga, 220 mil barat daya Tokyo, dan baru-baru ini meneliti sejarah ninja di National Mie University.
Untuk melanjutkan warisannya, dia memutuskan untuk tidak menjadi murid, tetapi menjadi ninja terakhir dari klan Ban.
Ninja, juga dikenal sebagai ninja, telah ditakuti dan dihormati sepanjang sejarah karena keahlian mereka sebagai pembunuh, pengintai dan mata-mata.
Ninja sangat terkenal dengan penggunaan siluman dan tipu muslihat mereka, tetapi mereka juga dikenal karena daya tahan mereka yang luar biasa.
Para ninja mahir dalam mengecoh musuh mereka melalui spionase, dan penggunaan pedang dianggap sebagai keterampilan yang lebih rendah.
Namun, jika perlu, mereka harus menguasai senjata seperti shuriken, proyektil berbentuk bintang yang diasah, dan sumpitan yang diisi dengan panah beracun.
Mereka juga terampil membuat racun dan obat-obatan.
Kisah ninja yang populer pada masyarakat sekarang ini tergambarkan pada animasi Ninja Hattori dan Naruto.
Kedua anime tentang ninja tersebut mengisahkan kemahiran seorang ninja dalam menuntaskan misi yang diemban mereka.
Tidak dapat dipungkiri juga bahwa ninja adalah salah satu ciri ikonik dari kebudayaan Jepang yang paling populer di dunia. (*)
BACA JUGA:Mengenal Geisha dalam 8 menit: Mitos dan Fakta