INFORADAR.ID --- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengembangkan inovasi baru pengendalian dengue nasional. Upaya tersebut diwujudkan dengan pengembangan vaksin dengue dan teknologi wolbachia.
Hal itu dilakukan karena Indonesia merupakan daerah endemis dengue. Sehingga kondisi tersebut ini menjadi alarm untuk meningkatkan kewaspadaan terutama kepada anak-anak maupun kelompok rentan, mengingat jumlah kasus DBD cenderung meningkat terutama saat musim penghujan.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, di tahun 2022, jumlah kasus dengue mencapai 131.265 kasus yang mana sekitar 40% adalah anak-anak usia 0-14 tahun. Sementara, jumlah kematiannya mencapai 1.135 kasus dengan 73% terjadi pada anak usia 0-14 tahun.
"Kita melihat ternyata kasus dengue ada kaitannya dengan daerah perkotaan, semakin kota semakin banyak potensi terjadinya dengue. Inilah yang menjadi perhatian kita bersama,” kata Direktur Pencegahan Penyakit Menular Langsung, Imran Pambudi di Jakarta, sebagaimana dikutip inforadar.id dari laman resmi FB Kementerian Kesehatan RI, Jumat, 10 Februari 2023.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, dr. Imran mengungkapkan bahwa Kementerian Kesehatan senantiasa mengembangkan inovasi baru pengendalian dengue nasional. Upaya tersebut diwujudkan dengan pengembangan vaksin dengue dan teknologi wolbachia.
Pengembangan vaksin, lanjut dr. Imran sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 2016. Ketika itu vaksin yang dikembangkan adalah vaksin DENGVAXIA untuk mencegah demam berdarah yang disebabkan oleh virus dengue serotipe 1,2, 3 dan 4, pada anak usia 9-16 tahun.
Kemudian vaksin kedua adalah vaksin QDENGA. Vaksin ini untuk mencegah demam berdarah yang disebabkan oleh virus dengue serotipe 1,2, 3 dan 4 dengan target sasaran usia 6-45 tahun. Vaksin QDENGA telah mendapatkan izin edar dari Badan POM pada Agustus 2022 dan kini sedang menunggu rekomendasi dari ITAGI.
Inovasi pengendalian dengue kedua adalah pemanfaatan teknologi Wolbachia. Wolbachia merupakan bakteri yang dapat tumbuh alami diserangga terutama nyamuk, kecuali nyamuk aedes aegypti.
Bakteri ini bisa melumpuhkan virus dengue, jadi bila ada nyamuk aedes aegypti menghisap darah yang mengandung virus dengue akan resisten sehingga tidak akan menyebar ke dalam tubuh manusia.
Imran mengatakan untuk teknologi wolbachia telah dilaksanakan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan berhasil menurunkan angka kejadian infeksi dengue sebesar 77,1% dan tingkat rawat inap sebesar 82,6%.
"Teknologi wolbachia akan menjadi pelengkap dalam program pengendalian DBD yang sudah ada, seperti PSN 3M Plus, Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), dan Pokjanal Dengue (DBD),” ungkapnya.
Khusus untuk inovasi kedua, lanjut Dr. Imran akan difokuskan di wilayah perkotaan karena ancaman kasus dengue terbanyak terjadi di kota-kota besar.
Berdasarkan data Kemenkes, berikut 10 Kota/Kota dengan Kasus Demam Berdarah Tertinggi di Indonesia Tahun 2022 yaitu Kota Bandung, Bandung, Kota Bekasi, Kota Depok, Sumedang, Kota Medan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Bogor dan Kota Tasikmalaya.
"Karenanya ke depan penerapan teknologi wolbachia akan diperluas di 5 kota yaitu Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang,” sebutnya.
Sumber: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20230205/3642353/atasi-dengue-kemenkes-kembangkan-dua-teknologi-ini/