Ini Tujuh Agenda Muhammadiyah yang Dipaparkan Ketum Haedar Nashir

Senin 21-11-2022,06:01 WIB
Editor : M Widodo

SOLO, INFORADAR.ID --- Haedar Nashir terpilih kembali menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah masa bhakti 2022-2027 pada Muktamar ke-48 di Surakarta, Jawa Tengah. 

Pada Sidang Pleno II di Auditorium Djazman Al-Kindi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu sore (19/11), Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengungkapkan tujuh agenda yang perlu digarap oleh Persyarikatan dalam lima tahun ke depan agar Muhammadiyah dapat menjadi “leader” atau kekuatan strategis yang berpengaruh dalam memimpin masa depan umat dan bangsa.

Dikutip dari laman resmi Persyarikatan Muhammadiyah, Minggu, 20 November 2022, berikut tujuh agenda tersebut:

1. Peneguhan Paham Keislaman dan Ideologi Muhammadiyah 

Peneguhan ini dianggap penting karena selama ini masih banyak kader dan anggota yang tidak sejalan dengan ideologi Persyarikatan. Padahal, dokumen resmi soal pandangan Muhammadiyah amat lengkap, misalnya:

Manhaj Tarjih, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Gerakan Jamaah Dakwah Jamaah, Khittah Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Dakwah Kultural, Pernyataan Abad Kedua, Negara Pancasila Darul Ahdi Wa Syahadah, dan lain-lain.

“Sejumlah kasus orang luar menumpang di organisasi Muhammadiyah kemudian berperkara secara hukum dan lain-lain karena paham Islam dan pemikirannya bertentangan dengan Muhammadiyah. Termasuk anggota, kader, dan pimpinan yang hanya berpikir sendiri dan merasa sudah sejalan dengan Muhammadiyah, padahal sejatinya tidak sejalan,” ungkap Haedar.

Hal-hal seperti ini ke depan diharapkan tidak terjadi lagi. Internalisasi ideologi Muhammadiyah menurutnya harus kuat dilakukan secara sistemik dan menjadi prioritas setiap pimpinan Muhammadiyah dari Pusat hingga Ranting.

2. Penguatan dan Penyebarluasan Pandangan Islam Berkemajuan

Sebagai organisasi sosial-keagamaan dan bukan parpol, warga dan pimpinan Muhammadiyah selayaknya tidak disibukkan pada isu-isu yang bukan bidangnya seperti isu politik.

Sebaliknya, mereka dianggap perlu lebih menyibukkan diri pada isu-isu diniyyah atau keagamaan untuk membimbing umat sembari menghambat adanya pengerasan ideologi Islamisme yang cenderung reaktif, ekslusif, dan ekstrim.

“Muhammadiyah penting hadir secara aktif dalam menyebarluaskan dan menawarkan orientasi religius Islam yang di satu pihak dapat menjadi obat penawar kehausan beragama di tubuh umat yang benar secara akidah dan ibadah tetapi juga mampu membimbing umat dalam akhlak dan muamalah yang dinamis, mencerahkan, dan berkemajuan,” pesan Haedar.

Pandangan kosmopolitanisme Islam Muhammadiyah yang berwawasan universal dan global, diharapkan juga mampu menjadi pandangan umat agar terhindar dari pribumisasi Islam yang cenderung lokal dan chauvinis. Termasuk terhindar dari disrupsi akibat revolusi sains yang nampaknya berhadap-hadapan dengan agama.

“Di sinilah pentingnya penguatan dan penyebarluasan pandangan Islam berkemajuan dalam membimbing paham dan praktik keagamaan umat dan masyarakat luas,” ujar Haedar.

3. Memperkuat dan Memperluas Basis Umat di Akar-rumput

Kategori :