Sejak masa Kiai Ahmad Dahlan, komunitas menjadi nyawa Muhammadiyah di desa maupun kota dengan masjid dan ranting sebagai pusat gerakannya. Muhammadiyah pun telah merumuskan panduan lewat strategi Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) (1968), Dakwah Kultural (2002) dan Dakwah Komunitas (2015).
Haedar berharap semangat kerumunan ini dihidupkan kembali untuk membesarkan dakwah dan amal usaha Muhammadiyah. Selain itu, setiap anggota Persyarikatan diharapkan mengubah pendekatan dakwahnya agar dakwah Muhammadiyah masuk, melekat dan diterima di semua segmen lapisan masyarakat. Untuk keperluan ini, strategi kebudayaan dan peta jalan (road map) perlu dirumuskan oleh majelis yang bersangkutan.
“Pemetaan dan reaktualisasi gerakan sangatlah penting untuk mengakselerasikan penyebarluasan pandangan dan perwujudan Islam Berkemajuan, sekaligus menghadirkan dakwah dan tajdid Muhammadiyah yang aktual-kontekstual,” jelasnya.
4. Mengembangkan AUM Unggulan dan Kekuatan Ekonomi
Sebagai ciri Muhammadiyah, amal usaha dianggap perlu membangun peta jalan untuk memajukan keunggulan dan kualitas setiap AUM. Dalam bidang ekonomi, Muhammadiyah diharapkan menjadi pelaku yang turun ke lapangan dan bukan sekadar menjadi pengamat.
Dalam lima tahun ke depan, Muhammadiyah diharapkan mengembangkan berbagai pemberdayaan, bisnis dan ekonomi luring/online Muhammadiyah maupun UMKM secara lebih gigih, masif, dan tersistem. Pada saat yang sama bisnis berskala menengah ke atas mulai digarap dan dikembangkan, dengan dikoneksikan dengan unit-unit usaha di berbagai amal usaha Muhammadiyah yang ada.
5. Berdakwah bagi Milenial, Generasi Z dan Generasi Alpha
Jumlah ketiga generasi tersebut dalam piramida penduduk Indonesia sangat tinggi, menurut Sensus Penduduk Indonesia tahun 2020 total 173,48 juta jiwa atau 64,69% dari total penduduk.
Ketiga generasi baru tersebut produk dunia dan alam pikiran “android” serta sebagaimana ditengarai oleh Noah Harari menjadi bagian dari generasi “Homo Deus” yang mendewakan teknologi, artificial intelligence (AI), dan revolusi bioteknologi yang canggih sehingga bila tidak tersentuh oleh pendidikan nilai agama yang benar dapat menjadi generasi yang agnostik, sekuler, dan liberal dari agama.
Muhammadiyah penting hadir di tengah komunitas tiga generasi baru itu dengan pendekatan baru, terutama lewat Angkatan Muda.
6. Reformasi Kaderisasi dan Diaspora Kader ke Berbagai Lingkungan dan Bidang Kehidupan
Muhammadiyah saat ini berfastabiqul-khairat dengan berbagai pihak dalam mengisi ruang struktur dan ekosistem kehidupan dengan menempatkan kader-kadernya yang berintegritas dan berkeahlian tinggi di berbagai aspek kehidupan.
Lima tahun ke depan, Haedar menganggap perlunya reformasi kaderisasi Muhammadiyah untuk mempersiapkan diaspora kader di berbagai struktur dan lingkungan di luar maupun ke dalam, sehingga gerakan Islam ini mengalami perluasan melalui peran para kadernya.
7. Digitalisasi dan Intensitas Internasionalisasi Muhammadiyah
Digitalisasi merupakan proses yang niscaya bagi Muhammadiyah saat ini dan ke depan. Proses digitalisasi juga menjadi penting satu paket dengan gerakan literasi Muhammadiyah untuk mencerdaskan, memajukan, dan mencerahkan kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta.
Bersamaan dengan digitalisasi baik dalam pengembangan dan publikasi pemikiran Muhammadiyah ke dunia internasional maupun dalam pelaksanaan program internasionalisasi diniscayakan peningkatan intensitasnya. Penerjemahan buku-buku, pemikiran-pemikiran resmi, dan publikasi aktivitas Muhammadiyah ke dalam berbagai bahasa internasional harus menjadi satu paket dengan digitalisasi dan internasionalisasi Muhammadiyah yang selama ini telah dirintis Muhammadiyah.